Kamis, 31 Mei 2012

E - LEARNING


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan komputer dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pembelajaran sebenarnya merupakan mata rantai dari sejarah teknologi pembelajaran. Sejarah teknologi pembelajaran sendiri merupakan kreasi berbagai ahli terkait, yang pada dasarnya ingin beruapaya dalam mewujudkan ide-ide praktis dalam menerapkan prinsip dikdaktik, yaitu pembelajaran yang menekankan perbedaan individual baik dalam kemampuan maupun kecepatan. Teori-teori psikologi persekolahan yang terkait dengan belajar tuntas (mastery learning) dengan tokoh-tokohnya seperti B. Carrol, Jerome S. Brunner dan Benjamin S. Bloom juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan teknologi pembelajaran. Selain itu kerangka acuan yang terkait dengan perancangan atau desain pembelajaran juga turut menyemarakkan perkembangan teknologi pembelajaran yang selanjutnya digunakan juga sebagai acuan dalam penyusunan bingkai kerja dalam pengembangan pembelajaran berdasarkan komputer.
Persepktif historis pembelajaran berasaskan komputer dimulai dari munculnya ide-ide untuk menciptakan perangkat teknologi terapan yang memungkinkan seseorang melakukan proses belajar secara individual dengan menerapkan prinsip-prinsip didaktik tersebut. Dalam sejarah teknologi pembelajaran kita menemukan bahwa karya Didney L. Pressey (1960) untuk menciptakan mesnin mengajar atau teaching machine dicatat sebagai pelopor dalam pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.
Pressey memandang bahwa mesin tes ini digunakan pula dalam mengajar dan dengan sedikit mengubah tujuan, dari tujuan menguji menjadi tujuan mengajar akhirnya alat itu digunakan juga sebagai mesin mengajar. Pada tahun 1964, seorang ahli psikologi dari aliran behaviorisme yang ternama B.F Skiner menciptakan pembelajaran terprogram (berprogram) atau programed instruction. Sistem pembelajaran terprogram memungkinkan interaksi prinsip dengan siswa dan interaksi siswa dengan guru yang dilakukan secara langsung, tetapi melalui program yang berbentuk tulisan, rekaman radio, film dan sebagainya. Prinsip yang digunakan sejalan dengan prinsip belajar yang dikembangkannya, yaitu conditioning operant dimana siswa belajar melalui serangkaian stimulus-respon dan dalam program itu stimulus (pertanyaaan) ditemukan sendiri oleh siswa. Dalam program ini diberikan “kunci jawaban” yang dibisa diperiksa siswa setelah merespon, sehingga siswa mengetahui apakah responya b enar atau salah. Program linear ini dapat pula bercabang (branching). Model-model pembelajaran terpogram, baik program linear maupun branching inilah yang mewarnai pengembangan perangkat lunak dalam sistem pembelajaran berasaskan komputer.

1.2. Rumusan Masalah
1.     Apakah Hakikat Teknologi Informasi dan Komunikasi?
2.    Bagaimana Sistem Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi?
3.    Apakah Hakikat E- Learning

1.3. Tujuan Pembahasan
1.     Untuk mengetahui Hakikat Teknologi Informasi dan Komunikasi
2.    Untuk mengetahui Sistem Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi
3.    Untuk mengetahui Hakikat E- Learning

1.4. Manfaat Pembahasan
          Untuk menambah wawasan para pembaca mengenai sistem pendidikan berbasis teknologi informasi.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Teknologi Informasi dan Komunikasi
Teknologi komunikasi dan informasi didefenisikan sebagai pengembangan teknologi dan aplikasi dari komputer dan teknologi berbasis komunikasi untuk memproses, penyajian , mengelola data dan informasi . Termasuk di dalamnya pembuatan hardwere komputer dan komponen komputer, pengembangan softwere komputer dan berbagai jasa yang berhubungan dengan komputer bersama-sama dengan perlengkapan komunikasi. Jadi pada intinya istilah teknologi informasi adalah teknologi yang memanfaatkan komputer sebagai perangkat utama untuk mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat.
Pengolaan data dengan komputer tersebut juga dikenal dengan istilah Pengolaan data Elektronik ( Electronic Data Processing – EDP ) yang didefenisikan sebagai proses manipulasi data ke dalam bentuk yang lebih berguna berupa informasi dengan menggunakan komputer. Data merupakan objek yang belum dan akan dilakukan pengolahan yang sifatnya masih mentah. Sedangkan Informasi adalah datayang telah terolah dan sifatnya menjadi data lain yang bermanfaat, yang disebut informasi.
Alvin Toffler ( 1980 ) menggambarkan perkembangan TIK sebagai revolusi yang berlangsung dala tiga gelombang yaitu : Gelombang pertama timbul dalam bentuk teknologi pertanian Gelombang kedua ditandai dengan adanya teknologi industri gelombang ketiga merupakan revolusi teknologi elektronik dan informatik. Teknologi terakhir ini mendorong tumbuhnya “ telecommunity “. Toffler juga menyatakan bahwa keputusan pemerintah indonesia untuk mengembangkan sistem komunikasi satelit domestik merupakan lambang dimulainya transformasi (Miarso 1997 : 30).


Teknologi komunikasi sebagai suatu proses meliputi hal-hal sebagai berikut :
     1.        Proses itu harus rasional dan efisien .
    2.        Harus bersistem, yaitu mempertimbangkan segala variabel yang mungkin berpengaruh dalam menentukan prosedur tindakan agar proses itu efektif, efisien dan serasi.
    3.        Melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan.
    4.        Mengarah pada pemecahan masalah bersama.
    5.        Memadukan berbagai prinsip, konsep, dan gagasan.
    6.        Mempertimbangkan kondisi lingkungan (lokal,nasional,maupun internasional) untuk mencapai tujuan .
Teknologi ini telah berkembang dengan pesat dengan dikembangkannya satelit komunikasi dan serat kaca (fyber optics) yang mampu mentransmisikan pulsa dengan kecepatan cahaya. Integrasi antara teknologi komunikasidan informasi tersebut merupakan pemicu utama lahirnya konsep globalisasi. Jaringan informasi digital yang bersifat global ini dikenal sebagai jaringan internet. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh United Nations Commision on Scienceand Technology for Development ( UNCSTD ) telah cukup bukti bahwa penggunaan teknologi komunikasi dan informasi (TIK) secara positif mempengaruhi pembangunan di semua sektor.

2.2. Sistem Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi
Pada umumnya dalam bidang pendidikan, penggunaan teknologi berbasis komputer merupakan cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis mikri prosesor, dimana informasi atau materi yang disampaikan disimpan dalam bentuk digital, bukan dalam bentuk cetakan. Berbagai jenis aplikasi disimpan dalam pendidikan umumnya dikenal dengan istilah “computer asissted Intruction (CAI)” atau pembelajaran berbantuan komputer (PBK). Dalam pembelajaran berbantuan komputer, peserta didik berhadapan dan berinteraksi secara langsung dengan komputer. Interaksi antara komputer dengan peserta didik ini terjadi secara individual, sehingga apa yang dialami oleh peserta didik akan berbeda dengan apa yang dialami peserta didik yang lainnya.
Pembelajaran dengan berbantuan komputer “Computer Assisted Intructioan (CAI) telah dikembangkan akhir-akhir ini dan telah membuktikan manfaatnya untuk membantu guru dalam mengjar dan membantu peserta didik dalam belajar. Komputer diharapkan dapat membantu puluhan peserta didik dan dimasa yang akan datang dapat membantu ribuan peserta didik sekaligus komputer dalam menyampaikan bahan pengajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif serta membolehkan umpan balik.
Disamping sebagai CAI pemanfaatan komputer dapat berupa CBI (Computer Based Instrction) yaitu pembelajaran berbasis Komputer. Dalam pamanfaatan komputer sebagai CBI ini terdapat 4 model yaitu: drill and practice, tutorial, simulasi dan games instuctions. Pembelajaran Berbasis Komputer yang bersifat individual learning (pembelajaran individual), dan mastery learning (belajar tuntas). Pembelajaran Berbasis Komputer dilaksanakan pada laboratorium komputer yang ada di sekolah.
          Berkembangnya teknologi pembelajaran berbasis TIK mulai tahun 1995 an, salah satu kendalanya adalah menyiapkan peserta didik dalam budaya belajar berbasis teknologi informasi serta kurang trampilnya dalam menggunakan perangkat komputer sebagai sarana belajar, serta masih terbatasnya ahli dalam teknologi multimedia khususnya terkait dengan model-model pembelajan. Untuk mempersiapkan budaya belajar berbasis TIK adalah keterlibatan orang tua murid dan kultur masyarakat akan teknologi serta dukungan dari lingkungan merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan. Pembentukan kominitas TIK sangat mendukung untuk membudayakan anak didik dengan teknologi. Model ini telah dikembangkan di Jepang tepatnya di Shuyukan High School dengan membentuk club yang dinamai (Information Science Club), yakni sebagai wadah siswa untuk bersinggungan dengan budaya teknologi.Kompetensi guru dalam pembelajaran Ada tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki guru untuk menyelenggarakan model pembelajaran e-learning. Pertama kemampuan untuk membuat desain instruksional (instructional design) sesuai dengan kaedah-kaedah paedagogis yang dituangkan dalam rencana pembelelajaran. Kedua, penguasaan TIK dalam pembelajaran yakni pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran dalam rangka mendapatkan materi ajar yang up to date dan berkualitas dan yang ketiga adalah penguasaan materi pembelajaran (subject metter) sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.
Langkah-langkah kongkrit yang harus dilalui oleh guru dalam pengembangan bahan pembelajaran adalah mengidentifikasi bahan pelajaran yang akan disajikan setiap pertemuan, menyusun kerangka materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan instruksional dan pencapainnya sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan. Bahan tersebut selanjutnya dibuat tampilan yang menarik mungkin dalam bentuk power point dengan didukung oleh gambar, video dan bahan animasi lainnya agar siswa lebih tertarik dengan materi yang akan dipelajari serta diberikan latihan-latihan sesuai dengan kaedah-kaedah evaluasi pembelajaran sekaligus sebagai bahan evaluasi kemajuan siswa. Bahan pengayaan (additional matter) hendaknya diberikan melalui link ke situs-situs sumber belajar yang ada di internet agar siswa mudah mendapatkannya. Setelah bahan tersebut selesai maka secara teknis guru tinggal meng-upload ke situs e-learning yang telah dibuat.
Media dan teknologi dalam dunia pendidikan berkembang seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Dalam pndidikan terdapat 5 elemen media yang penting yaitu; direct human contact (face to face), teks (termasuk grafik), audio, video dan komputasi.

2.3. E- Learning
2.3.1. Hakikat E-Learning
E-Lerning terdiri dari dua bagian yaitu : “ E “ yang merupakan singkatan dari “ elektronic “ dan “ Learning “ yang berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronik, khusunya perangkat komputer. Karena itu e-learning sering disebut pula dengan online course . Dengan kata lain e-learning atau pembelajaran melalui online adalah pembelajaran yang pelaksanannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, vidio tape, transmisi satelit atau komputer. Online curse adalah bagaimana cara memanfaatkan ICT untuk pendidikan jarak jauh agar mereka yang menginginkan pendidikan bisa lebih banyak yang di jangkau.
          Menurut Andriani (2003:305) e-learning merupakan bentuk pembelajaran jarak jauh (PJJ). Yang memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informasi, misalnya internet, video/audiobrodcasting, video/audioconferencing, CD-Rom (Synchronus dan asynchronus). Selanjutnya menurut dewi salma (2007:240) Dengan demikian maka e-learning atau pembelajaran melalui online adalah pembelajaran yang pelaksanaan nya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satelit atau komputer.
Menurut Allan J. Henderson, e-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer, atau biasanya Internet (The e-learning Question and Answer Book, 2003). Henderson menambahkan juga bahwa e-learning memungkinkan pembelajar untuk bAelajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran di kelas. William Horton menjelaskan bahwa e-learning merupakan pembelajaran berbasis web (yang bisa diakses dari Internet).
Karakteristik e-learning antara lain sebagai berikut :
     1.        Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, dimana guru dan siswa, sisiwa dan sesama siswa atau guru dengan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
    2.        Memanfaatkan keunggulan komputer ( Digital media dan computer networks).
    3.        Menggunakan bahanajar bersipat mamdiri ( Self Learning matterials ) disimpan di komputer sehingga dapat di akses oleh gurudan sisiwa kapan saja dan dimana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
    4.        Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.

2.3.2. Pemanfaatan E-Learning
Pemanfaatan e-learning tidak terlepas dari jasa internet . Karena teknik pembeljaran yang tersedia di internet begitu lengkap, maka hal ini akan mempengaruhi terhadap tugas guru dalam peroses pembelajaran.
Dari berbagai pengalaman dan juga berbagai informasi yang tersedia di literatur memberikan petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khusunya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh ( Elangoan, 1999, Soekartawi,2002; Mulvihil,1997 ), antara lain dapat disebutkan sebagai berikut :
     1.        Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat berkomunikasi secra mudah melalui fasalitas internet secara reguler atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa di batasi oleh jarak, tempat dan waktu.
    2.        Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehungga keduanya bisa salinh menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
    3.        Siswa dapat belajar atau mereview bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
    4.        Bila sisiwa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet.
    5.        Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
    6.        Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif.
    7.        Relatif lebih efisien misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar negeri dan, sebagainya.

2.3.2. Penyelenggaraan Sistem E-Learning
Untuk menggunakan e-learning dalam pembelajaran, ada beberapa hal yang harus terpenuhi yaitu: tersedianya perangkat baik hardware maupun software, adanya jaringan (networking) lokal, terhubung ke internet (dunia maya) dan kemampuan Guru.
Dalam membangun perangkat pembelajaran e-learning, sebuah sekolah harus menyediakan ruang pembelajaran, perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), dan SDM (brainware).
Ruang pembelajaran yang perlu disediakan dalam upaya perwujudan pembelajaran e-lear
ning di sebuah sekolah terdiri atas ruang laboratorium komputer, ruang audio visual dan mini studio.
Pembelajaran elektronik (e-learning) telah dimulai pada tahun 1970-an. Kegiatan belajar yang bagaimanakah yang dapat dikatakan sebagai e-learning? Apakah seseorang yang menggunakan komputer dalam kegiatan belajarnya dan melakukan akses berbagai informasi (materi pembelajaran) dari internet dapat dikatakan telah melakukan e-learning? Ilustrasi berikut merupakan kegiatan e-learning (dalam Siahaan, 2004)
Ada beberapa pertimbangan untuk menggunakan e-learning dewasa ini, antara lain :
1.     harga perangkat komputer semakin lama semakin terjangkau (tidak lagi diperlakukan sebagai barang mewah).
2.    Peningkatan kemampuan perangkat komputer dalam mengolah data lebih cepat dan kapasitas penyimpanan data semakin besar
3.    Memperluas akses atau jaringan komunikasi
4.    Memperpendek jarah dan mempermudah komunikasi
5.    Mempermudah pencarian atau penelusuran informasi melalui internet.

2.3.3. Fungsi Pembelajaran Elektronik (e-learning)
Menurut Siahaan (2004), setidaknya ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction) :
1. Suplemen (tambahan)
Dikatakan berfungsi sebagai suplemen apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan
2. Komplemen (pelengkap)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pengayaan atau remedial. Dikatakan sebagai pengayaan (enrichment), apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai/ memahami materi pelajaran yang disampaikan pada saat tatap muka diberi kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran yang telah diterima di kelas. Dikatakan sebagai program remedial, apabila peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran pada saat tatap muka diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin mudah memahami materi pelajaran yang disajikan di kelas.
3. Substitusi (pengganti)
Dikatakan sebagai substitusi apabila e-learning dilakukan sebagai pengganti kegiatan belajar, misalnya dengan menggunakan model-model kegiatan pembelajaran. Ada 3 (tiga) alternatif model yang dapat dipilih, yakni : (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet.

2.3.4. Syarat-Syarat E-learning
Menurut Newsletter of ODLQC, 2001 (dalam Siahaan) syarat-syarat kegiatan pembelajaran elektronik (e-learning) adalah :
     1.        Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan dalam hal ini internet.
    2.        Tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya cd-rom atau bahan cetak
    3.        Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan
    4.        Adanya lembaga yang menyelenggarakan/mengelola kegiatan e-learning
    5.        Adanya sikap positif pendidik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet
    6.        Adanya rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap peserta belajar
    7.        Adanya sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta belajar
    8.        Adanya mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara
Selain itu dalam Sembel, 2004, hal-hal yang perlu ada untuk “menghidupkan” e-learning adalah :
a.    Subject Matter Expert (SME), merupakan nara sumber dari pembelajaran yang disampaikan.
b.    Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis mendesain materi dari SME menjadi materi e-learning dengan memasukkan metode pengajaran agar materi menjadi lebih interaktif, lebih mudah, dan lebih menarik untuk dipelajari.
c.    Graphic Designer (GD), bertugas untuk mengubah materi teks menjadi bentuk grafis dengan gambar, warna, dan layout yang enak dipandang, efektif, dan menarik untuk dipelajari.
d.    Learning Management System (LMS), bertugas mengelola sistem di website yang mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya, serta hal lain yang berhubungan dengan pembelajaran, seperti tugas, nilai, dan peringkat ketercapaian belajar siswa.

2.3.5. Keunggulan e-learning
E-learning dapat dengan cepat diterima dan kemudian diadopsi adalah karena memiliki kelebihan/keunggulan sebagai berikut (Effendi, 2005) :
1.     Pengurangan biaya
2.    Fleksibilitas
3.    Dapat belajar kapan dan dimana saja, selama terhubung   dengan internet.
4.    Personalisasi. Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan belajar  mereka.
5.    Standarisasi. Dengan e-learning mengatasi adanya perbedaan yang berasal dari guru, seperti : cara mengajarnya, materi dan penguasaan materi yang berbeda, sehingga memberikan standar kualitas yang lebih konsisten.
6.    Efektivitas. Suatu studi oleh J.D Fletcher menunjukkan bahwa tingkat retensi dan aplikasi dari pelajaran melalui metode e-learning meningkat sebanyak 25 % dibandingkan pelatihan yang menggunakan cara tradisional
7.    Kecepatan. Kecepatan distribusi materi pelajaran akan meningkat, karena pelajaran tersebut dapat dengan cepat disampaikan melalui internet.

2.3.6 Kendala-kendala e-learning.
Kendala atau hambatan dalam penyelenggaraan e-learning, yaitu (Effendi, 2005) :
         1.        Investasi. Walaupun e-learning pada akhirnya dapat menghemat biaya pendidikan, akan tetapi memerlukan investasi yang sangat besar pada permulaannya.
        2.        Budaya. Pemanfaatan e-learning membutuhkan budaya belajar mandiri dan kebiasaan untuk belajar atau mengikuti pembelajaran melalui komputer.
        3.        Teknologi dan infrastruktur. E-learning membutuhkan perangkat komputer, jaringan handal, dan teknologi yang tepat.
        4.        Desain materi. Penyampaian materi melalui e-learning perlu dikemas dalam bentuk yang learner-centric. Saat ini masih sangat sedikit instructional designer yang berpengalaman dalam membuat suatu paket pelajaran e-learning yang memadai.
Berbagai kritik ( Bullen, 2001. Beam, 1997), (dalam Salma dan Siregar Eveline, 2007) antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:
a.    Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar.
b.    Kecendrungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
c.    Proses belajar dan mengajarnya cendrung ke arah pelatihan dari pada pendidikan.
d.    Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT.
e.    Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cendrung gagal.
f.     Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet ( mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telpon ataupun komputer).
g.    Kurangnya mereka yang mengetahui dan memiliki ketermpilan soal-soal di internet.
h.    Kurangnya pernguasaan bahas komputer.

2.3.9. Pengembangan E-Learning Model
Model yang dapat dikembangkan nanti berbentuk off-line, real time, dan online. Model online ini dapat dilaksanakan dalam bentuk non interactive, semi interactive, serta fully interactive. Model diatas dapat dijelaskan sbb.: (a) Model off-line: materi disampaikan melalui jasa pos, media masa, dan media bahan dapat berupa CD-Rom, buku, modul dsb.; (b) Model online non-interactive: materi disampaikan melalui web, dan dipasang pada salah satu server, CD-Rom dipasang pada ftp-server. Format materi bisa dalam bentuk text, doc. atau pdf, dan diskusi dapat dilakukan melalui mailling list/web board; (c) Model online semi-interactive: menggunakan basis web atau videoconference, materi disampaikan melalui web, dan dipasang pada salah satu server, CD-Rom dipasang pada ftp-server, atau dilaksanakan langsung melalui broadcast. Web menyediakan chat, untuk alternatif diskusi interactive; (d) Model online fully-interactive: menggunakan basis video-conference: materi disampaikan secara langsung dengan jarngan multimedia (video, audio, text, chatboard). Perkuliahan dapat dilakukan secara paralel, tanpa batasan jarak (any where) dan dapat saling berinteraksi, melalui jaringan multimedia. Diskusi dapat dikerjakan langsung, melalui jangan multimedia yang tersedia, any time, any where, dan anything.
Pengembangan e-learning ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya sifat interaksi yang diinginkan, media penyampaian yang digunakan, banyaknya lokasi belajar, fasilitas yang digunakan, kualitas yang diinginkan dsb. Media penyampaian materi dapat dilaksanakan dalam beberapa cara, diantaranya adalah: (a) ITv (Instructional Televisi) atau Videotape: disini fasilitator/nara sum,ber dan PTK-PNF dapat berinteraksi satu arah atau dua arah, dibantu dengan saluran telepon; (b) Teleconferencing: menghubungkan secara langsung 2 lokasi atau lebih yang berjauhan, untuk menunjang komunikasi 2 arah yang interaktif. Tipenya sbb.: Audio conferencing (conference calling); Video conferencing; dan Computer conferencing.
Pengembangan e-learning sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor penting misalnya ketersediaan infrastruktur, software (lotus note yang mempunyai fasilitas untuk learning space), materi ajar dalam bentuk e-cource yang dipersiapkan oleh seorang expert dalam hal content, expert system, ketersediaan fasilitator/nara sumber yang mampu dan komit untuk melaksanakannya, serta biaya yang tersedia. Untuk itu perlu adanya suatu keberanian bagi UPT memulai kegiatan e-learning
Proses pembelajaran dengan model e-education difokuskan pada 3 hal penting:
· Self Learning: (a) Pamong Belajar diharapkan untuk dapat menentukan sendiri tempat, waktu & urutan belajar juga melakukan tes atas keberhasilan hasil belajarnya; (b) Tujuannya agar PTK-PNF bisa memperoleh tingkat pemahaman yang tinggi dalam hal tanggung jawab, keputusan sendiri & belajar otonomi.
· Tele-Learning: (a) Pamong Belajar meningkatkan kebebasan dalam belajar; (b) merubah paradigma pendidikan dari pembelajaran teori ke belajar yang memfokuskan pada kerja; (c) membuka lingkungan untuk belajar digital (menggunakan komputer).
· Social Intercourse: (a) Diskusi, bertujuan untuk menciptakan suatu iklim belajar dimana Pamong Belajar bisa bertemu dengan yang lain; (b) Interaksi dan berkomunikasi dalam proses pembelajaran; (c) Banyak sekali hal-hal yang bernilai dalam pendidikan yang dapat dipakai dalam hidupnya.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
E-Lerning terdiri dari dua bagian yaitu : “ E “ yang merupakan singkatan dari “ elektronic “ dan “ Learning “ yang berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronik, khusunya perangkat komputer. Keunggulan e-learning yaitu pengurangan biaya, Fleksibilitas, Dapat belajar kapan dan dimana saja, selama terhubung   dengan internet, Personalisasi. Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan belajar  mereka, Standarisasi, Efektivitas dan Kecepatan.
Pemanfaatan TIK dalam pendidikan yaitu Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat, sejak lama telah dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Seperti penemuan kertas, mesin cetak, radio, video taperecorder, film, televisi, overhead proyector (OHP), dan computer baik dalam bentuk computer asissted instuctional (CAI), maupun dalam bentuk somputer based instuctiona (CBI) serta e-learning telah dimanfaatkan dalam proses pendidikan. Pada hakikarnya alat-alat tersebut ternyata dapat dimanfaatkan dalam proses pendidikan, bahkan dapat meningkatkan efektivitas, efisiensi dan kualitas hasil pembelajaran.

3.2 Saran
Dalam pengembangan teknologi informasi dan komunikasi, semua Pengajar perlu mempersiapkan diri menjadi partisipasi aktif dalam revolusi informasi yang terus berkembang dengan cepat saat ini.







DAFTAR PUSTAKA

Miarso, yusufhadi. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Prawiradilaga, Dewi Salma dkk, 2007. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta. Kencana Pernada Media Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar