BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan komputer dalam bidang pendidikan, khususnya
dalam pembelajaran sebenarnya merupakan mata rantai dari sejarah teknologi
pembelajaran. Sejarah teknologi pembelajaran sendiri merupakan kreasi berbagai
ahli terkait, yang pada dasarnya ingin beruapaya dalam mewujudkan ide-ide
praktis dalam menerapkan prinsip dikdaktik, yaitu pembelajaran yang menekankan
perbedaan individual baik dalam kemampuan maupun kecepatan. Teori-teori
psikologi persekolahan yang terkait dengan belajar tuntas (mastery learning) dengan tokoh-tokohnya seperti B. Carrol, Jerome
S. Brunner dan Benjamin S. Bloom juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan
teknologi pembelajaran. Selain itu kerangka acuan yang terkait dengan perancangan atau desain pembelajaran juga
turut menyemarakkan perkembangan teknologi pembelajaran yang selanjutnya digunakan juga
sebagai acuan dalam penyusunan bingkai kerja dalam pengembangan pembelajaran
berdasarkan komputer.
Persepktif historis pembelajaran berasaskan komputer
dimulai dari munculnya ide-ide untuk menciptakan perangkat teknologi terapan
yang memungkinkan seseorang melakukan proses belajar secara individual dengan
menerapkan prinsip-prinsip didaktik tersebut. Dalam sejarah teknologi pembelajaran
kita menemukan bahwa karya Didney L. Pressey (1960) untuk menciptakan mesnin
mengajar atau teaching
machine dicatat sebagai pelopor dalam pemanfaatan teknologi dalam
pembelajaran.
Pressey memandang bahwa mesin tes ini digunakan pula
dalam mengajar dan dengan sedikit mengubah tujuan, dari tujuan menguji menjadi
tujuan mengajar akhirnya alat itu digunakan juga sebagai mesin mengajar.
Pada tahun 1964, seorang ahli psikologi dari aliran
behaviorisme yang ternama B.F Skiner menciptakan pembelajaran
terprogram (berprogram) atau programed instruction. Sistem pembelajaran terprogram memungkinkan interaksi
prinsip dengan siswa dan interaksi siswa dengan guru yang dilakukan secara
langsung, tetapi melalui program yang berbentuk tulisan, rekaman radio, film dan sebagainya.
Prinsip yang digunakan sejalan dengan prinsip belajar yang dikembangkannya,
yaitu conditioning operant dimana siswa belajar melalui serangkaian stimulus-respon
dan dalam program itu stimulus (pertanyaaan) ditemukan sendiri oleh siswa.
Dalam program ini diberikan “kunci jawaban” yang dibisa diperiksa siswa setelah
merespon, sehingga siswa mengetahui apakah responya b enar atau salah. Program
linear ini dapat pula bercabang (branching).
Model-model pembelajaran terpogram, baik program linear maupun branching inilah
yang mewarnai pengembangan perangkat lunak dalam sistem pembelajaran berasaskan
komputer.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apakah
Hakikat Teknologi Informasi dan Komunikasi?
2. Bagaimana
Sistem Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi?
3. Apakah
Hakikat E- Learning
1.3.
Tujuan Pembahasan
1. Untuk
mengetahui Hakikat Teknologi Informasi dan Komunikasi
2. Untuk
mengetahui Sistem Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi
3. Untuk
mengetahui Hakikat E- Learning
1.4.
Manfaat Pembahasan
Untuk
menambah wawasan para pembaca mengenai sistem pendidikan berbasis teknologi
informasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Hakikat Teknologi Informasi dan Komunikasi
Teknologi komunikasi
dan informasi didefenisikan sebagai pengembangan teknologi dan aplikasi dari
komputer dan teknologi berbasis komunikasi untuk memproses, penyajian ,
mengelola data dan informasi . Termasuk di dalamnya pembuatan hardwere komputer dan komponen komputer,
pengembangan softwere komputer dan
berbagai jasa yang berhubungan dengan komputer bersama-sama dengan perlengkapan
komunikasi. Jadi pada intinya istilah teknologi informasi adalah teknologi yang
memanfaatkan komputer sebagai perangkat utama untuk mengolah data menjadi
informasi yang bermanfaat.
Pengolaan data dengan
komputer tersebut juga dikenal dengan istilah Pengolaan data Elektronik
( Electronic Data Processing –
EDP ) yang didefenisikan sebagai proses manipulasi data ke dalam bentuk
yang lebih berguna berupa informasi dengan menggunakan komputer. Data merupakan objek yang belum dan
akan dilakukan pengolahan yang sifatnya masih mentah. Sedangkan Informasi adalah datayang telah
terolah dan sifatnya menjadi data lain yang bermanfaat, yang disebut informasi.
Alvin Toffler ( 1980 )
menggambarkan perkembangan TIK sebagai revolusi yang berlangsung dala tiga
gelombang yaitu : Gelombang pertama timbul dalam bentuk teknologi pertanian
Gelombang kedua ditandai dengan adanya teknologi industri gelombang ketiga
merupakan revolusi teknologi elektronik dan informatik. Teknologi terakhir ini
mendorong tumbuhnya “ telecommunity “.
Toffler juga menyatakan bahwa keputusan pemerintah indonesia untuk
mengembangkan sistem komunikasi satelit domestik merupakan lambang dimulainya
transformasi (Miarso 1997 : 30).
Teknologi komunikasi
sebagai suatu proses meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.
Proses itu harus rasional dan efisien .
2.
Harus bersistem, yaitu mempertimbangkan
segala variabel yang mungkin berpengaruh dalam menentukan prosedur tindakan
agar proses itu efektif, efisien dan serasi.
3.
Melibatkan berbagai pihak yang
berkepentingan.
4.
Mengarah pada pemecahan masalah
bersama.
5.
Memadukan berbagai prinsip, konsep, dan
gagasan.
6.
Mempertimbangkan kondisi lingkungan
(lokal,nasional,maupun internasional) untuk mencapai tujuan .
Teknologi ini telah
berkembang dengan pesat dengan dikembangkannya satelit komunikasi dan serat
kaca (fyber optics) yang mampu mentransmisikan pulsa dengan kecepatan
cahaya. Integrasi antara teknologi komunikasidan informasi tersebut merupakan
pemicu utama lahirnya konsep globalisasi. Jaringan informasi digital yang
bersifat global ini dikenal sebagai jaringan internet. Berdasarkan pengkajian
yang dilakukan oleh United Nations
Commision on Scienceand Technology for Development ( UNCSTD ) telah cukup
bukti bahwa penggunaan teknologi komunikasi dan informasi (TIK) secara positif
mempengaruhi pembangunan di semua sektor.
2.2.
Sistem Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi
Pada umumnya dalam bidang
pendidikan, penggunaan teknologi berbasis komputer merupakan cara untuk
menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang
berbasis mikri prosesor, dimana informasi atau materi yang disampaikan disimpan
dalam bentuk digital, bukan dalam bentuk cetakan. Berbagai jenis aplikasi
disimpan dalam pendidikan umumnya dikenal dengan istilah “computer asissted Intruction (CAI)” atau pembelajaran berbantuan
komputer (PBK). Dalam pembelajaran berbantuan komputer, peserta didik
berhadapan dan berinteraksi secara langsung dengan komputer. Interaksi antara
komputer dengan peserta didik ini terjadi secara individual, sehingga apa yang
dialami oleh peserta didik akan berbeda dengan apa yang dialami peserta didik
yang lainnya.
Pembelajaran dengan berbantuan
komputer “Computer Assisted Intructioan
(CAI) telah dikembangkan akhir-akhir ini dan telah membuktikan manfaatnya
untuk membantu guru dalam mengjar dan membantu peserta didik dalam belajar.
Komputer diharapkan dapat membantu puluhan peserta didik dan dimasa yang akan
datang dapat membantu ribuan peserta didik sekaligus komputer dalam
menyampaikan bahan pengajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif
serta membolehkan umpan balik.
Disamping sebagai CAI
pemanfaatan komputer dapat berupa CBI (Computer
Based Instrction) yaitu pembelajaran berbasis Komputer. Dalam pamanfaatan
komputer sebagai CBI ini terdapat 4 model yaitu: drill and practice, tutorial, simulasi dan games instuctions.
Pembelajaran Berbasis Komputer yang bersifat individual learning (pembelajaran individual), dan mastery learning (belajar tuntas).
Pembelajaran Berbasis Komputer dilaksanakan pada laboratorium komputer yang ada
di sekolah.
Berkembangnya teknologi pembelajaran berbasis TIK mulai tahun 1995 an,
salah satu kendalanya adalah menyiapkan peserta didik dalam budaya belajar
berbasis teknologi informasi serta kurang trampilnya dalam menggunakan
perangkat komputer sebagai sarana belajar, serta masih terbatasnya ahli dalam
teknologi multimedia khususnya terkait dengan model-model pembelajan. Untuk
mempersiapkan budaya belajar berbasis TIK adalah keterlibatan orang tua murid
dan kultur masyarakat akan teknologi serta dukungan dari lingkungan merupakan
faktor yang tidak bisa diabaikan. Pembentukan kominitas TIK sangat mendukung
untuk membudayakan anak didik dengan teknologi. Model ini telah dikembangkan di
Jepang tepatnya di Shuyukan High School
dengan membentuk club yang dinamai (Information
Science Club), yakni sebagai wadah siswa untuk bersinggungan dengan budaya
teknologi.Kompetensi guru dalam pembelajaran Ada tiga kompetensi dasar yang
harus dimiliki guru untuk menyelenggarakan model pembelajaran e-learning. Pertama kemampuan untuk membuat
desain instruksional (instructional design) sesuai dengan kaedah-kaedah
paedagogis yang dituangkan dalam rencana pembelelajaran. Kedua, penguasaan TIK
dalam pembelajaran yakni pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran dalam
rangka mendapatkan materi ajar yang up to date dan berkualitas dan yang ketiga
adalah penguasaan materi pembelajaran (subject metter) sesuai dengan bidang
keahlian yang dimiliki.
Langkah-langkah kongkrit yang harus dilalui oleh guru dalam pengembangan
bahan pembelajaran adalah mengidentifikasi bahan pelajaran yang akan disajikan
setiap pertemuan, menyusun kerangka materi pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan instruksional dan pencapainnya sesuai dengan indikator-indikator yang
telah ditetapkan. Bahan tersebut selanjutnya dibuat tampilan yang menarik
mungkin dalam bentuk power point dengan didukung oleh gambar, video dan bahan
animasi lainnya agar siswa lebih tertarik dengan materi yang akan dipelajari
serta diberikan latihan-latihan sesuai dengan kaedah-kaedah evaluasi pembelajaran
sekaligus sebagai bahan evaluasi kemajuan siswa. Bahan pengayaan (additional matter) hendaknya diberikan
melalui link ke situs-situs sumber belajar yang ada di internet agar siswa
mudah mendapatkannya. Setelah bahan tersebut selesai maka secara teknis guru
tinggal meng-upload ke situs e-learning yang telah dibuat.
Media dan teknologi dalam dunia pendidikan berkembang seiring dengan
perkembangan dan kemajuan teknologi. Dalam pndidikan terdapat 5 elemen media
yang penting yaitu; direct human contact
(face to face), teks (termasuk grafik), audio, video dan komputasi.
2.3.
E- Learning
2.3.1.
Hakikat E-Learning
E-Lerning terdiri dari
dua bagian yaitu : “ E “ yang merupakan singkatan dari “ elektronic “ dan “ Learning
“ yang berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat
elektronik, khusunya perangkat komputer. Karena itu e-learning sering disebut
pula dengan online course . Dengan kata lain e-learning atau pembelajaran melalui online adalah pembelajaran
yang pelaksanannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, vidio
tape, transmisi satelit atau komputer. Online curse adalah bagaimana cara
memanfaatkan ICT untuk pendidikan jarak jauh agar mereka yang menginginkan
pendidikan bisa lebih banyak yang di jangkau.
Menurut Andriani (2003:305) e-learning merupakan bentuk pembelajaran jarak jauh (PJJ). Yang
memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informasi, misalnya internet, video/audiobrodcasting, video/audioconferencing, CD-Rom (Synchronus dan asynchronus). Selanjutnya
menurut dewi salma (2007:240) Dengan demikian maka e-learning atau pembelajaran melalui online adalah pembelajaran yang pelaksanaan nya didukung oleh jasa
teknologi seperti telepon, audio,
videotape, transmisi satelit atau komputer.
Menurut Allan J. Henderson, e-learning adalah pembelajaran jarak jauh
yang menggunakan teknologi komputer, atau biasanya Internet (The e-learning Question and Answer Book,
2003). Henderson menambahkan juga bahwa e-learning memungkinkan pembelajar
untuk bAelajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing
tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran di kelas. William Horton
menjelaskan bahwa e-learning merupakan pembelajaran berbasis web (yang bisa
diakses dari Internet).
Karakteristik e-learning antara lain sebagai berikut :
Karakteristik e-learning antara lain sebagai berikut :
1.
Memanfaatkan jasa teknologi elektronik,
dimana guru dan siswa, sisiwa dan sesama siswa atau guru dengan sesama guru
dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal
yang protokoler.
2.
Memanfaatkan keunggulan komputer (
Digital media dan computer networks).
3.
Menggunakan bahanajar bersipat mamdiri
( Self Learning matterials ) disimpan
di komputer sehingga dapat di akses oleh gurudan sisiwa kapan saja dan dimana
saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
4.
Memanfaatkan jadwal pembelajaran,
kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan
administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
2.3.2.
Pemanfaatan E-Learning
Pemanfaatan e-learning
tidak terlepas dari jasa internet . Karena teknik pembeljaran yang tersedia di
internet begitu lengkap, maka hal ini akan mempengaruhi terhadap tugas guru
dalam peroses pembelajaran.
Dari berbagai
pengalaman dan juga berbagai informasi yang tersedia di literatur memberikan
petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khusunya dalam pendidikan terbuka
dan jarak jauh ( Elangoan, 1999, Soekartawi,2002; Mulvihil,1997 ), antara lain
dapat disebutkan sebagai berikut :
1.
Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa
dapat berkomunikasi secra mudah melalui fasalitas internet secara reguler atau
kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa di batasi oleh
jarak, tempat dan waktu.
2.
Guru dan siswa dapat menggunakan bahan
ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet,
sehungga keduanya bisa salinh menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
3.
Siswa dapat belajar atau mereview bahan
ajar setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar
tersimpan di komputer.
4.
Bila sisiwa memerlukan tambahan
informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan
akses di internet.
5.
Baik guru maupun siswa dapat melakukan
diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak,
sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6.
Berubahnya peran siswa dari yang
biasanya pasif menjadi aktif.
7.
Relatif lebih efisien misalnya bagi
mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau atau sekolah konvensional,
bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar
negeri dan, sebagainya.
2.3.2.
Penyelenggaraan Sistem E-Learning
Untuk menggunakan e-learning dalam pembelajaran, ada beberapa hal yang
harus terpenuhi yaitu: tersedianya perangkat baik hardware maupun software,
adanya jaringan (networking) lokal,
terhubung ke internet (dunia maya) dan kemampuan Guru.
Dalam membangun perangkat pembelajaran e-learning, sebuah sekolah harus menyediakan ruang pembelajaran,
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), dan SDM (brainware).
Ruang pembelajaran yang perlu disediakan dalam upaya perwujudan pembelajaran e-learning di sebuah sekolah terdiri atas ruang laboratorium komputer, ruang audio visual dan mini studio.
Ruang pembelajaran yang perlu disediakan dalam upaya perwujudan pembelajaran e-learning di sebuah sekolah terdiri atas ruang laboratorium komputer, ruang audio visual dan mini studio.
Pembelajaran elektronik (e-learning) telah dimulai pada tahun 1970-an.
Kegiatan belajar yang bagaimanakah yang dapat dikatakan sebagai e-learning?
Apakah seseorang yang menggunakan komputer dalam kegiatan belajarnya dan
melakukan akses berbagai informasi (materi pembelajaran) dari internet dapat
dikatakan telah melakukan e-learning? Ilustrasi berikut merupakan kegiatan
e-learning (dalam Siahaan, 2004)
Ada beberapa pertimbangan untuk menggunakan e-learning dewasa ini,
antara lain :
1. harga perangkat komputer semakin lama semakin
terjangkau (tidak lagi diperlakukan sebagai barang mewah).
2. Peningkatan kemampuan perangkat komputer dalam
mengolah data lebih cepat dan kapasitas penyimpanan data semakin besar
3. Memperluas akses atau jaringan komunikasi
4. Memperpendek jarah dan mempermudah komunikasi
5. Mempermudah pencarian atau penelusuran informasi
melalui internet.
2.3.3.
Fungsi Pembelajaran Elektronik (e-learning)
Menurut Siahaan (2004), setidaknya ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran
elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom
instruction) :
1. Suplemen (tambahan)
Dikatakan berfungsi sebagai suplemen apabila peserta didik mempunyai
kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau
tidak. Dalam hal ini tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk
mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta
didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau
wawasan
2. Komplemen (pelengkap)
2. Komplemen (pelengkap)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen apabila materi pembelajaran
elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima
peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran
elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pengayaan atau remedial.
Dikatakan sebagai pengayaan (enrichment), apabila kepada peserta didik yang
dapat dengan cepat menguasai/ memahami materi pelajaran yang disampaikan pada
saat tatap muka diberi kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran
elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar
semakin memantapkan tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran yang telah
diterima di kelas. Dikatakan sebagai program remedial, apabila peserta didik
yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran pada saat tatap muka
diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang
memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik
semakin mudah memahami materi pelajaran yang disajikan di kelas.
3. Substitusi (pengganti)
Dikatakan sebagai substitusi apabila e-learning dilakukan sebagai
pengganti kegiatan belajar, misalnya dengan menggunakan model-model kegiatan
pembelajaran. Ada 3 (tiga) alternatif model yang dapat dipilih, yakni : (1)
sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan
sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet.
2.3.4. Syarat-Syarat E-learning
Menurut Newsletter of ODLQC, 2001 (dalam Siahaan) syarat-syarat kegiatan
pembelajaran elektronik (e-learning) adalah :
1.
Kegiatan
pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan dalam hal ini internet.
2.
Tersedianya
dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya
cd-rom atau bahan cetak
3.
Tersedianya
dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami
kesulitan
4.
Adanya
lembaga yang menyelenggarakan/mengelola kegiatan e-learning
5.
Adanya
sikap positif pendidik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan
internet
6.
Adanya
rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap
peserta belajar
7.
Adanya
sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta belajar
8.
Adanya
mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara
Selain itu dalam Sembel, 2004, hal-hal yang perlu ada untuk
“menghidupkan” e-learning adalah :
a. Subject Matter Expert (SME), merupakan nara sumber dari pembelajaran yang
disampaikan.
b. Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis mendesain
materi dari SME menjadi materi e-learning dengan memasukkan metode
pengajaran agar materi menjadi lebih interaktif, lebih mudah, dan lebih menarik
untuk dipelajari.
c. Graphic Designer (GD), bertugas untuk mengubah materi teks menjadi
bentuk grafis dengan gambar, warna, dan layout yang enak dipandang,
efektif, dan menarik untuk dipelajari.
d. Learning Management System (LMS), bertugas mengelola sistem di website yang
mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur dengan siswa, antarsiswa
dengan siswa lainnya, serta hal lain yang berhubungan dengan pembelajaran,
seperti tugas, nilai, dan peringkat ketercapaian belajar siswa.
2.3.5. Keunggulan e-learning
E-learning dapat dengan cepat diterima dan kemudian diadopsi adalah
karena memiliki kelebihan/keunggulan sebagai berikut (Effendi, 2005) :
1. Pengurangan biaya
2. Fleksibilitas
3. Dapat belajar kapan dan dimana saja, selama terhubung dengan internet.
4. Personalisasi. Siswa dapat belajar sesuai dengan
kemampuan belajar mereka.
5. Standarisasi. Dengan e-learning mengatasi adanya
perbedaan yang berasal dari guru, seperti : cara mengajarnya, materi dan
penguasaan materi yang berbeda, sehingga memberikan standar kualitas yang lebih
konsisten.
6. Efektivitas. Suatu studi oleh J.D Fletcher menunjukkan
bahwa tingkat retensi dan aplikasi dari pelajaran melalui metode e-learning
meningkat sebanyak 25 % dibandingkan pelatihan yang menggunakan cara
tradisional
7. Kecepatan. Kecepatan distribusi materi pelajaran akan
meningkat, karena pelajaran tersebut dapat dengan cepat disampaikan melalui
internet.
2.3.6 Kendala-kendala e-learning.
Kendala atau hambatan dalam penyelenggaraan e-learning, yaitu (Effendi,
2005) :
1.
Investasi.
Walaupun e-learning pada akhirnya dapat menghemat biaya pendidikan, akan tetapi
memerlukan investasi yang sangat besar pada permulaannya.
2.
Budaya.
Pemanfaatan e-learning membutuhkan budaya belajar mandiri dan kebiasaan untuk
belajar atau mengikuti pembelajaran melalui komputer.
3.
Teknologi
dan infrastruktur. E-learning membutuhkan perangkat komputer, jaringan handal,
dan teknologi yang tepat.
4.
Desain
materi. Penyampaian materi melalui e-learning perlu dikemas dalam bentuk yang learner-centric.
Saat ini masih sangat sedikit instructional designer yang berpengalaman
dalam membuat suatu paket pelajaran e-learning yang memadai.
Berbagai kritik (
Bullen, 2001. Beam, 1997), (dalam Salma dan Siregar Eveline, 2007) antara lain
dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Kurangnya
interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya
interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan
mengajar.
b. Kecendrungan
mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya
aspek bisnis/komersial.
c. Proses
belajar dan mengajarnya cendrung ke arah pelatihan dari pada pendidikan.
d. Berubahnya
peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini
juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT.
e. Siswa
yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cendrung gagal.
f. Tidak
semua tempat tersedia fasilitas internet ( mungkin hal ini berkaitan dengan
masalah tersedianya listrik, telpon ataupun komputer).
g. Kurangnya
mereka yang mengetahui dan memiliki ketermpilan soal-soal di internet.
h. Kurangnya
pernguasaan bahas komputer.
2.3.9. Pengembangan E-Learning Model
Model yang dapat dikembangkan nanti berbentuk off-line, real time, dan online. Model online ini dapat
dilaksanakan dalam bentuk non interactive, semi interactive, serta fully
interactive. Model diatas dapat dijelaskan sbb.: (a) Model off-line:
materi disampaikan melalui jasa pos, media masa, dan media bahan dapat berupa
CD-Rom, buku, modul dsb.; (b) Model online non-interactive: materi
disampaikan melalui web, dan dipasang pada salah satu server, CD-Rom dipasang
pada ftp-server. Format materi bisa dalam bentuk text, doc. atau pdf, dan
diskusi dapat dilakukan melalui mailling list/web board; (c) Model online
semi-interactive: menggunakan basis web atau videoconference, materi
disampaikan melalui web, dan dipasang pada salah satu server, CD-Rom dipasang
pada ftp-server, atau dilaksanakan langsung melalui broadcast. Web menyediakan
chat, untuk alternatif diskusi interactive; (d) Model online fully-interactive:
menggunakan basis video-conference: materi disampaikan secara langsung dengan
jarngan multimedia (video, audio, text, chatboard). Perkuliahan dapat dilakukan
secara paralel, tanpa batasan jarak (any where) dan dapat saling berinteraksi,
melalui jaringan multimedia. Diskusi dapat dikerjakan langsung, melalui jangan
multimedia yang tersedia, any time, any where, dan anything.
Pengembangan e-learning ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
misalnya sifat interaksi yang diinginkan, media penyampaian yang digunakan,
banyaknya lokasi belajar, fasilitas yang digunakan, kualitas yang diinginkan
dsb. Media penyampaian materi dapat dilaksanakan dalam beberapa cara,
diantaranya adalah: (a) ITv (Instructional Televisi) atau Videotape: disini
fasilitator/nara sum,ber dan PTK-PNF dapat berinteraksi satu arah atau dua
arah, dibantu dengan saluran telepon; (b) Teleconferencing: menghubungkan
secara langsung 2 lokasi atau lebih yang berjauhan, untuk menunjang komunikasi
2 arah yang interaktif. Tipenya sbb.: Audio conferencing (conference calling);
Video conferencing; dan Computer conferencing.
Pengembangan e-learning sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
penting misalnya ketersediaan infrastruktur, software (lotus note yang
mempunyai fasilitas untuk learning space), materi ajar dalam bentuk e-cource
yang dipersiapkan oleh seorang expert dalam hal content, expert system,
ketersediaan fasilitator/nara sumber yang mampu dan komit untuk
melaksanakannya, serta biaya yang tersedia. Untuk itu perlu adanya suatu
keberanian bagi UPT memulai kegiatan e-learning
Proses pembelajaran dengan model e-education difokuskan pada 3 hal
penting:
· Self
Learning: (a) Pamong Belajar diharapkan untuk dapat menentukan sendiri
tempat, waktu & urutan belajar juga melakukan tes atas keberhasilan hasil
belajarnya; (b) Tujuannya agar PTK-PNF bisa memperoleh tingkat pemahaman yang
tinggi dalam hal tanggung jawab, keputusan sendiri & belajar otonomi.
· Tele-Learning:
(a) Pamong Belajar meningkatkan kebebasan dalam belajar; (b) merubah
paradigma pendidikan dari pembelajaran teori ke belajar yang memfokuskan pada
kerja; (c) membuka lingkungan untuk belajar digital (menggunakan komputer).
· Social
Intercourse: (a) Diskusi, bertujuan untuk menciptakan suatu iklim belajar
dimana Pamong Belajar bisa bertemu dengan yang lain; (b) Interaksi dan
berkomunikasi dalam proses pembelajaran; (c) Banyak sekali hal-hal
yang bernilai dalam
pendidikan yang dapat dipakai dalam hidupnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
E-Lerning
terdiri dari dua bagian yaitu : “ E “ yang merupakan singkatan dari “ elektronic “ dan “ Learning “ yang berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa
bantuan perangkat elektronik, khusunya perangkat komputer. Keunggulan
e-learning yaitu pengurangan
biaya,
Fleksibilitas,
Dapat belajar kapan dan
dimana saja, selama terhubung dengan internet, Personalisasi. Siswa dapat belajar sesuai dengan
kemampuan belajar mereka,
Standarisasi,
Efektivitas
dan Kecepatan.
Pemanfaatan
TIK dalam pendidikan yaitu Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
sangat pesat, sejak lama telah dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Seperti
penemuan kertas, mesin cetak, radio, video taperecorder, film, televisi,
overhead proyector (OHP), dan computer baik dalam bentuk computer asissted
instuctional (CAI), maupun dalam bentuk somputer based instuctiona (CBI) serta
e-learning telah dimanfaatkan dalam proses pendidikan. Pada
hakikarnya alat-alat tersebut ternyata dapat dimanfaatkan dalam proses
pendidikan, bahkan dapat meningkatkan efektivitas, efisiensi dan kualitas hasil
pembelajaran.
3.2
Saran
Dalam pengembangan teknologi
informasi dan komunikasi, semua Pengajar perlu
mempersiapkan diri menjadi partisipasi aktif dalam revolusi informasi yang
terus berkembang dengan cepat saat ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Miarso,
yusufhadi. 2007. Menyemai Benih Teknologi
Pendidikan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Prawiradilaga,
Dewi Salma dkk, 2007. Mozaik Teknologi
Pendidikan. Jakarta. Kencana Pernada Media Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar