BAB I PENDAHULUAN
Pembangunan bidang
pendidikan memiliki peranan yang mendasar dalam proses pengembangan sumberdaya
manusia yang multidimensional. Salah satu tema pokok kebijakan pembangunan
pendidikan adalah peningkatan mutu pendidikan. Kedudukan teori sangat
bervariasi sesuai dengan disiplin atau bidang pengetahuan dengan ciri yaitu (1)
suatu sistem teori harus memungkinkan pembuatan deduksi yang dapat diuji secara
empirik (2) suatu teori harus sesuai baik dengan hasil pengamatan maupun dengan
teori yang sudah divalidasikan sebelumnya. Ada 4 fungsi teori yaitu (1)
Mensistematiskan Penemuan-Penemuan (2) Melahirkan hipotesis-hipotesis (3)
Membuat predeksi (4) Membuat penjelasan.
Perbedaan Teori Belajar
dan Teori Pembelajaran yaitu bahwa teori belajar adalah deskriptif, sedangkan
teori pembelajaran adalah preskriptif. Artinya teori belajar mendeskripsikan
terjadinya proses belajar, sedangkan teori pembelajaran mempreskripsikan
strategi atau metode pembelajaran yang optimal untuk memudahkan proses belajar.
Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan diantara variabel-variabel yang
menentukan hasil belajar. Ia menaruh perhatian pada “bagaimana seseorang
belajar”. Teori pembelajaran sebaliknya menaruh perhatian pada “bagaiman
seseorang mempengaruhi pada “bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar
terjadi hal belajar”. Dengan kata lain teori pembelajaran berurusan dengan
upaya mengontrol variabel-variabeldispesifikasikan dalam teori belajar agar
dapat memudahkan belajar.
BAB II TEORI BELAJAR
Teori–teori belajar yang
dikemukakan oleh para ahli cenderung cenderung menerangkan apa yang terjadi
selama pebelajar belajar. Berdasarkan perbedaan pandang tentang proses belajar,
maka teori belajar dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yang sering
ditetapkan untuk menerangakan proses belajar yaitu (1) teori behaviorisme (2)
teori kognitivisme (3) teori humanistik dan (4) teori sibernitik. Dalam
aplikasi teori-teori belajar tergantung pada beberapa hal seperti sifat materi,
karakteristik pebelajar, media belajar dan fasilitas belajar yang tersedia.
Menurut teori belajar
behaviorisme belajar adalah perubahn tingkah laku. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu bila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Manusia
sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian dalm lingkungan yang akan memberikan
pengalaman kepadanya. Belajar disini merupakan perubahan tingkah laku yang
terjadi berdasarkan paradigma Stimulus-Respons (S-R) yaitu suatu proses
memberikan respon tertentu kepada stimulus yang datang dari luar. Beberapa
teori behaviorisme (perilaku) yang perlu diketahui yaitu Thorndike (Hukum Pengaruh), Teori Ivan Pavlop (Clasical conditioning),
Teori Jhon B Watson, Teori Edwin R. Guthrie, Teori Hull, Teori B.F. Skinner (Operant
Conditioning).
Menurut teori kognitivisme belajar bukan
hanya pembentukan tingkah lalu yang diperoleh karena pengulangan hubungan S – R
dan adanya reward dan reinforcement tetapi merupakan fungsi
pengalaman-pengalaman perceptual dan proses kognitif yang mencakup ingatan,
retensi, lupa, pengolahan informasi dan sebagainya. Beberapa teori belajar
kognitivisme yang perlu diketahui antara lain Teori Perkembangan (Piaget), Teori Belajar Penemuan (Jerome Brunner),
Teori Belajar Bermakna (Ausebel), Teori Belajar Gagne.
Menurut teori belajar humanistik, tujuan
belajar adalah “memanusiakan manusia”. Proses belajar dianggap berhasil jika
pebelajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu
mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Beberapa teori belajar
humanistik yaitu Teori Kolb, Teori Honey
dan Mumford, Teori Habermas, Teori perkebangan Kognitif Sosio-Historik
(Vigotsky).
Menurut teori belajar sibernetik adalah teori
yang relative baru bila dibandingkan dengan ketiga teori belajar sebelumnya.
Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori
ini, belajar adalah pengolahan informasi. Menurut teori ini yang terpenting
adalah bagaimana proses belajar akan berlangsung, akan sangat ditentukan oleh
system informasi ini. Oleh karena itu, teori ini berasumsi bahwa tidak ada
satupun jenis cara belajar yang ideal untuk semua situasi. Sebab cara belajar
sangat ditentukan oleh system informasi. Beberapa teori belajar sibernitik
antara lain Teori Landa, Pask dan Scoot.
BAB III
TEORI PEMBELAJARAN
Banyak
usaha telah dilakukan oleh ilmuan pembelajaran mengklasifikasikan
variabel-variabel pembelajaran yang menjadi perhatian. Terutama dikaitkan
dengan kegiatannya dalam pengembangan teori pembelajaran. Pada mulanya mereka
memperkenalakan empat variabel yang menjadi titik perhatian ilmuan pembelajaran
antara lain (1) kondisi pembelajaran (2) bidang studi (3) strategi pembelajaran
dan (4) hasil pembelajaran.
Kondisi
pembelajaran adalah faktor-faktor yang mempengaruhi metode dalam meningkatkan
hasil pembelajaran yaitu terbagi menjadi 3 kondisi antara lain (1) tujuan dan
karekteristik bidang studi (2) kendala dan karakteristik bidang studi dan (3)
karakteristik pebelajar.
Metode
pembelajar adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang
berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Metode pembelajaran di defenisikan
sebagai cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang yang
berbeda di bawah kondisi pembelajaran. Variabel metode pembelajaran
diklasifikasikan menjadi 3 jenis antara lain (1) strategi pengorganisasian (2)
strategi penyampaian dan (3) strategi pengelolaan.
Hasil
pembelajaran adalah efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai
dari penggunaan metode pembelajaran dibawah kondisi yang berbeda. Seperti
halnya variabel metode dan kondisi pembelajaran, variabel hasil pembelajaran
juga dapat diklasifikasikan dengan cara
yang sama yaitu (1) keefektifan pembelajaran (2) efesiensi pembelajaran (3)
daya tarik pembelajaran.
Teori
pembelajaran yang dikembangkan oleh Gagne and Briggs adalah mempreskripsikan
hal-hal yang berhubungan dengan (a) kapabilitas belajar : informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap,dan
ketrampilan motorik (b) peristiwa pembelajaran : menarik perhatian, memberitahukan tujuan pembelajaran kepada pebelajar,
merangsang ingatan pada prasyarat belajar, menyajikan bahan perangsang, memberikan bimbingan belajar,
mendorong unjuk kerja, memberikan balikan informative, menilai unjuk kerja dan
meningkatkan retensi dan alih belajar (c) pengorganisasian pembelajaran : pengorganisasian pembelajaran ranah strategi
kognitif , pengorganisasian pembelajaran ranah sikap, pengorganisasian
pembelajaran ranah ketrampilan motorik, pengorganisasian
pembelajaran ranah ketrampilan motorik.
Teori Scandura dikenal dengan Teori Belajar
Struktural (TBS) yang memberikan perhatian utama pada (1) spesifikasi apa yang
harus dipelajari pebelajar (2) karakteristik pebelajar dan (3) proses interaksi
yang terus menerus antara guru dan pebelajar berdasarkan tujuan yang telah
ditetapkan. Prinsip pembelajaran yang diungkapkan dalam teori scandura
memberikan kontribusi pada teori pembelajaran yaitu (1) memilih kaidah yang
lebih tinggi, kaidah-kaidah dan komponen atomik dan (2) mengurutkan sederhana ke
kompleks. Selanjutnya untuk mengungkapkan tentang: (1) spesifikasi apa yang
harus dipelajari (2) karakteristik dari masalah-masalah kognitif dari pebelajar
dan (3) proses interaksi antara guru dengan pebelajar sesuai tujuan yang ada.
Advance
Organizer (Ausebel) yaitu sebagai tempat mengaitkan pengetahuan baru yang lebih
rinci agar dapat dipahami dan diingat dengan lebih baik. Component Display
Theory karya Merril merupakan penggabungan teori belajar dan mengajar yang
berdasarkan pada perspektif teori yaitu teori behaviorisme, teori kognitif dan
teori humanistik. Teori Elaborasi mempreskripsikan cara pengorganisasian
pembelajaran dengan mengikuti urutan umum ke rinci, seperti teori-teori
sebelumnya. Ada 7 komponen strategi yang diintegrasikan dalam teori elaborasi
yaitu (1) urutan elaboratif (2) urutan prasyarat belajar (3) rangkuman (4)
sintesis (5) analogi (6) pengaktif strategi kognitif dan (7) kontrol belajar.
BAB IV
KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN
Konsep teori belajar konstruktivisme berakar dari
filsafat tertentu tentang manusia dan pengetahuan. Makna pengetahuan,
sifat-sifat pengetahuan dan bagaimana seseorang menjadi tahu dan
berpengetahuan, menjadi perhatian penting bagi aliran konstruktivisme. Pada
dasarnya perspektif ini mempunyai asumsi bahwa pengetahuan lebih bersifat
kontektual daripada absolut, yang memungkinkan adanya penafsiran jamak
(multiple perspektives) bukan hanya satu perspektif saja. Hal ini berarti bahwa
“pengetahuan dibentuk menjadi pemahaman individual melalui interaksi dengan
lingkungan dan orang lain”. Peranan kontribusi siswa terhadap makna, pemahaman,
dan proses belajar melalui kegiatan individual dan sosial menjadi sangat
penting. Perspektif konstruktivisme mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih
menekankan proses daripada hasil. hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting,
tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai
penting. dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar dan strategi belajar
akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang sebagai upaya
memperoleh pemahaman atau pengetahuan yang bersifat subyektif. Perspekstif
konstruktivisme pembelajaran di kelas dilihat sebagai proses konstruksi
pengetahuan oleh siswa. dimana mengharuskan siswa bersikap aktif. Dalam proses
ini siswa mengembangkan gagasan atau konsep baru berdasarkan analisis dan
pemikiran ulang terhadap pengetahuan yang diperoleh pada masa lalu dan masa
kini. Pembelajaran konstruktivisme disusun berorientasi lebih pada kebutuhan
dan kondisi siswa dengan memicu rasa ingin tahu dan ketrampilan memecahkan
masalah melalui inquiry learning, reflective learning dan problem-based
learning. Konsep teori belajar konstruktivisme mempunyai interpretasi perwujudan yang
beragam. Belajar merupakan proses aktif untuk megkonstruksi pengetahuan dan
bukan proses menerima pengetahuan. Proses pembelajaran yang terjadi lebih
dimaksudkan untuk membantu atau mendukung proses belajar, bukan sekedar untuk
menyampaikan pengetahuan. Konsep teori belajar konstruktivisme bukan merupakan pendekatan yang asing
bagi perspektif pendidikan di Indonesia.
BAB V
HASIL PEMBELAJARAN
Hasil
pembelajaran diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : (1) keefektifan pembelajaran (2) efesiensi pembelajaran (3)
daya tarik pembelajaran. Dalam keefektifan pembelajaran hal yang perlu
diperhatikan adalah kecermatan penguasaan perilaku, kecepatan unjuk kerja,
kesesuaian dengan prosedur, kuantitas unjuk kerja, kualitas hasil akhir,
tingkat alih belajar dan tingkat retensi. Sedangkan dalam efesiensi
pembelajaran mencakup waktu, personalia,
sumber belajar. Selanjutnya yang termasuk ke dalam daya antara lain daya tarik
bidang studi, kualitas pembelajaran, indikator daya tarik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar