Jumat, 01 Juni 2012

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


BAB I PENDAHULUAN
Pembangunan bidang pendidikan memiliki peranan yang mendasar dalam proses pengembangan sumberdaya manusia yang multidimensional. Salah satu tema pokok kebijakan pembangunan pendidikan adalah peningkatan mutu pendidikan. Kedudukan teori sangat bervariasi sesuai dengan disiplin atau bidang pengetahuan dengan ciri yaitu (1) suatu sistem teori harus memungkinkan pembuatan deduksi yang dapat diuji secara empirik (2) suatu teori harus sesuai baik dengan hasil pengamatan maupun dengan teori yang sudah divalidasikan sebelumnya. Ada 4 fungsi teori yaitu (1) Mensistematiskan Penemuan-Penemuan (2) Melahirkan hipotesis-hipotesis (3) Membuat predeksi (4) Membuat penjelasan.
Perbedaan Teori Belajar dan Teori Pembelajaran yaitu bahwa teori belajar adalah deskriptif, sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif. Artinya teori belajar mendeskripsikan terjadinya proses belajar, sedangkan teori pembelajaran mempreskripsikan strategi atau metode pembelajaran yang optimal untuk memudahkan proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan diantara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar. Ia menaruh perhatian pada “bagaimana seseorang belajar”. Teori pembelajaran sebaliknya menaruh perhatian pada “bagaiman seseorang mempengaruhi pada “bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi hal belajar”. Dengan kata lain teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol variabel-variabeldispesifikasikan dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.

BAB II TEORI BELAJAR
Teori–teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli cenderung cenderung menerangkan apa yang terjadi selama pebelajar belajar. Berdasarkan perbedaan pandang tentang proses belajar, maka teori belajar dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yang sering ditetapkan untuk menerangakan proses belajar yaitu (1) teori behaviorisme (2) teori kognitivisme (3) teori humanistik dan (4) teori sibernitik. Dalam aplikasi teori-teori belajar tergantung pada beberapa hal seperti sifat materi, karakteristik pebelajar, media belajar dan fasilitas belajar yang tersedia.
Menurut teori belajar behaviorisme belajar adalah perubahn tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu bila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian dalm lingkungan yang akan memberikan pengalaman kepadanya. Belajar disini merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma Stimulus-Respons (S-R) yaitu suatu proses memberikan respon tertentu kepada stimulus yang datang dari luar. Beberapa teori behaviorisme (perilaku) yang perlu diketahui yaitu Thorndike (Hukum Pengaruh), Teori Ivan Pavlop (Clasical conditioning), Teori Jhon B Watson, Teori Edwin R. Guthrie, Teori Hull, Teori B.F. Skinner (Operant Conditioning).
          Menurut teori kognitivisme belajar bukan hanya pembentukan tingkah lalu yang diperoleh karena pengulangan hubungan S – R dan adanya reward dan reinforcement tetapi merupakan fungsi pengalaman-pengalaman perceptual dan proses kognitif yang mencakup ingatan, retensi, lupa, pengolahan informasi dan sebagainya. Beberapa teori belajar kognitivisme yang perlu diketahui antara lain Teori Perkembangan (Piaget), Teori Belajar Penemuan (Jerome Brunner), Teori Belajar Bermakna (Ausebel), Teori Belajar Gagne.
          Menurut teori belajar humanistik, tujuan belajar adalah “memanusiakan manusia”. Proses belajar dianggap berhasil jika pebelajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Beberapa teori belajar humanistik yaitu Teori Kolb, Teori Honey dan Mumford, Teori Habermas, Teori perkebangan Kognitif Sosio-Historik (Vigotsky).
          Menurut teori belajar sibernetik adalah teori yang relative baru bila dibandingkan dengan ketiga teori belajar sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Menurut teori ini yang terpenting adalah bagaimana proses belajar akan berlangsung, akan sangat ditentukan oleh system informasi ini. Oleh karena itu, teori ini berasumsi bahwa tidak ada satupun jenis cara belajar yang ideal untuk semua situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh system informasi. Beberapa teori belajar sibernitik antara lain Teori Landa, Pask dan Scoot.

BAB III  TEORI PEMBELAJARAN
          Banyak usaha telah dilakukan oleh ilmuan pembelajaran mengklasifikasikan variabel-variabel pembelajaran yang menjadi perhatian. Terutama dikaitkan dengan kegiatannya dalam pengembangan teori pembelajaran. Pada mulanya mereka memperkenalakan empat variabel yang menjadi titik perhatian ilmuan pembelajaran antara lain (1) kondisi pembelajaran (2) bidang studi (3) strategi pembelajaran dan (4) hasil pembelajaran.
          Kondisi pembelajaran adalah faktor-faktor yang mempengaruhi metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran yaitu terbagi menjadi 3 kondisi antara lain (1) tujuan dan karekteristik bidang studi (2) kendala dan karakteristik bidang studi dan (3) karakteristik pebelajar.
          Metode pembelajar adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Metode pembelajaran di defenisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang yang berbeda di bawah kondisi pembelajaran. Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan menjadi 3 jenis antara lain (1) strategi pengorganisasian (2) strategi penyampaian dan (3) strategi pengelolaan.
          Hasil pembelajaran adalah efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran dibawah kondisi yang berbeda. Seperti halnya variabel metode dan kondisi pembelajaran, variabel hasil pembelajaran juga dapat diklasifikasikan  dengan cara yang sama yaitu (1) keefektifan pembelajaran (2) efesiensi pembelajaran (3) daya tarik pembelajaran.
          Teori pembelajaran yang dikembangkan oleh Gagne and Briggs adalah mempreskripsikan hal-hal yang berhubungan dengan (a) kapabilitas belajar : informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap,dan ketrampilan motorik (b) peristiwa pembelajaran : menarik perhatian, memberitahukan tujuan pembelajaran kepada pebelajar, merangsang ingatan pada prasyarat belajar, menyajikan bahan  perangsang, memberikan bimbingan belajar, mendorong unjuk kerja, memberikan balikan informative, menilai unjuk kerja dan meningkatkan retensi dan alih belajar (c) pengorganisasian pembelajaran : pengorganisasian pembelajaran ranah strategi kognitif , pengorganisasian pembelajaran ranah sikap, pengorganisasian pembelajaran ranah ketrampilan motorik, pengorganisasian pembelajaran ranah ketrampilan motorik.
          Teori Scandura dikenal dengan Teori Belajar Struktural (TBS) yang memberikan perhatian utama pada (1) spesifikasi apa yang harus dipelajari pebelajar (2) karakteristik pebelajar dan (3) proses interaksi yang terus menerus antara guru dan pebelajar berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Prinsip pembelajaran yang diungkapkan dalam teori scandura memberikan kontribusi pada teori pembelajaran yaitu (1) memilih kaidah yang lebih tinggi, kaidah-kaidah dan komponen atomik dan (2) mengurutkan sederhana ke kompleks. Selanjutnya untuk mengungkapkan tentang: (1) spesifikasi apa yang harus dipelajari (2) karakteristik dari masalah-masalah kognitif dari pebelajar dan (3) proses interaksi antara guru dengan pebelajar sesuai tujuan yang ada.
          Advance Organizer (Ausebel) yaitu sebagai tempat mengaitkan pengetahuan baru yang lebih rinci agar dapat dipahami dan diingat dengan lebih baik. Component Display Theory karya Merril merupakan penggabungan teori belajar dan mengajar yang berdasarkan pada perspektif teori yaitu teori behaviorisme, teori kognitif dan teori humanistik. Teori Elaborasi mempreskripsikan cara pengorganisasian pembelajaran dengan mengikuti urutan umum ke rinci, seperti teori-teori sebelumnya. Ada 7 komponen strategi yang diintegrasikan dalam teori elaborasi yaitu (1) urutan elaboratif (2) urutan prasyarat belajar (3) rangkuman (4) sintesis (5) analogi (6) pengaktif strategi kognitif dan (7) kontrol belajar.

BAB IV  KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN
Konsep teori belajar konstruktivisme berakar dari filsafat tertentu tentang manusia dan pengetahuan. Makna pengetahuan, sifat-sifat pengetahuan dan bagaimana seseorang menjadi tahu dan berpengetahuan, menjadi perhatian penting bagi aliran konstruktivisme. Pada dasarnya perspektif ini mempunyai asumsi bahwa pengetahuan lebih bersifat kontektual daripada absolut, yang memungkinkan adanya penafsiran jamak (multiple perspektives) bukan hanya satu perspektif saja. Hal ini berarti bahwa “pengetahuan dibentuk menjadi pemahaman individual melalui interaksi dengan lingkungan dan orang lain”. Peranan kontribusi siswa terhadap makna, pemahaman, dan proses belajar melalui kegiatan individual dan sosial menjadi sangat penting. Perspektif konstruktivisme mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan proses daripada hasil. hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang sebagai upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan yang bersifat subyektif. Perspekstif konstruktivisme pembelajaran di kelas dilihat sebagai proses konstruksi pengetahuan oleh siswa. dimana mengharuskan siswa bersikap aktif. Dalam proses ini siswa mengembangkan gagasan atau konsep baru berdasarkan analisis dan pemikiran ulang terhadap pengetahuan yang diperoleh pada masa lalu dan masa kini. Pembelajaran konstruktivisme disusun berorientasi lebih pada kebutuhan dan kondisi siswa dengan memicu rasa ingin tahu dan ketrampilan memecahkan masalah melalui inquiry learning, reflective learning dan problem-based learning. Konsep teori belajar konstruktivisme mempunyai interpretasi perwujudan yang beragam. Belajar merupakan proses aktif untuk megkonstruksi pengetahuan dan bukan proses menerima pengetahuan. Proses pembelajaran yang terjadi lebih dimaksudkan untuk membantu atau mendukung proses belajar, bukan sekedar untuk menyampaikan pengetahuan. Konsep teori belajar konstruktivisme bukan merupakan pendekatan yang asing bagi perspektif pendidikan di Indonesia.

BAB V  HASIL PEMBELAJARAN
          Hasil pembelajaran diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : (1) keefektifan  pembelajaran (2) efesiensi pembelajaran (3) daya tarik pembelajaran. Dalam keefektifan pembelajaran hal yang perlu diperhatikan adalah kecermatan penguasaan perilaku, kecepatan unjuk kerja, kesesuaian dengan prosedur, kuantitas unjuk kerja, kualitas hasil akhir, tingkat alih belajar dan tingkat retensi. Sedangkan dalam efesiensi pembelajaran  mencakup waktu, personalia, sumber belajar. Selanjutnya yang termasuk ke dalam daya antara lain daya tarik bidang studi, kualitas pembelajaran, indikator daya tarik.
         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar