BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia
membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat
penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan
bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan
untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping
memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.
Tujuan pendidikan yang kita harapkan adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan”. Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat
berperan aktif dalam seluruh lapangan kehidupan, cerdas, aktif, kreatif,
terampil, jujur, berdisiplin dan bermoral tinggi, demokratis, dan toleran
dengan mengutamakan persatuan bangsa dan bukannya perpecahan.
Mempertimbangkan pendidikan anak-anak sama dengan
mempersiapkan generasi yang akan datang. Hati seorang anak bagaikan sebuah plat
fotografik yang tidak bergambar apa-apa, siap merefleksikan semua yang
ditampakkan padanya. Empat pilar pendidikan sekarang dan masa depan yang
dicanangkan oleh UNESCO yang perlu dikembangkan oleh lembaga pendidikan formal,
yaitu: (1) learning to Know (belajar
untuk mengetahui), (2) learning to do (belajar
untuk melakukan sesuatu) dalam hal ini kita dituntut untuk terampil dalam
melakukan sesuatu, (3) learning to be
(belajar untuk menjadi seseorang), dan (4) learning
to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).
Pendidikan yang diterapkan harus sesuai dengan kebutuhan
masyarakat atau kebutuhan dari daerah tempat dilangsungkan pendidikan. Unsur
muatan lokal yang dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan daerah setempat. Dengan
demikian, tuntutan pendidikan sekarang dan masa depan harus diarahkan pada
peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap,
kepribadian dan moral manusia Indonesia pada umumnya. Dengan kemampuan dan
sikap manusia Indonesia yang demikian diharapkan dapat mendudukkan diri secara
bermartabat di masyarakat dunia di era globalisasi ini.
Mutu pendidikan dapat ditingkatkan dengan melakukan
serangkaian pembenahan terhadap segala persoalan yang dihadapi. Pembenahan itu
dapat berupa pembenahan terhadap kurikulum pendidikan yang dapat memberikan
kemampuan dan keterampilan dasar minimal, menerapkan konsep belajar tuntas dan
membangkitkan sikap kreatif, demokratis dan mandiri.
Upaya peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan berbagai
pendekatan, baik pendekatan kelambagaan, legal formal, maupun pemberdayaan
sumber daya pendidikan. Pendekatan kelembagaan salah satunya melalui lahirnya
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen
PMPTK). Pendekatan legal formal melalui serangkaian perundang-undangan
(peraturan) yang berkaitan dengan pendidikan, seperti UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, dan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen. Pendekatan pemberdayaan sumber daya pendidikan dilakukan dengan
melakukan kegiatan peningkatan kompetensi dan kualifikasi tenaga pendidik dan
kependidikan secara sistematis dan berkesinambungan.
1.2
PERUMUSAN
MASALAH
Dari
uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam hal ini
adalah sebagai berikut :
1. Apakah
hakikat pendidikan?
2. Apakah
Persoalan pendidikan di Indonesia ?
3. Bagaimanakah
kurikulum pendidikan abada XXI?
4. Bagaimanakah
Globalisasi dan tuntutan peningkatan kualitas guru?
5. Bagaimanakah
kualitas guru dalam proses belajar mengajar?
6. Bagaimanakah
mempersiapkan guru untuk masa depan pendidikan?
7. Apakah
faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan di Indonesia?
8. Bagaimana
pembaharuan/inovasi yang harus dilaksanakan untuk meningkatkan pendidikan ?
9. Bagaimana
mengubah paradigma peran pendidik ?
10. Bagaimana
kebijakan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan?
1.3
PEMBATASAN
MASALAH
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka batasan masalah didalam makalah
ini dibatasi pada kebijakan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di
masa yang akan datang.
1.4
TUJUAN
PEMBAHASAN
1.
Untuk mengetahui hakikat pendidikan
2. Untuk
mengetahui Persoalan pendidikan di
Indonesia
3. Untuk
mengetahui kurikulum pendidikan abada XXI
4. Untuk
mengetahui globalisasi dan tuntutan peningkatan kualitas guru
5. Untuk
mengetahui kualitas guru dalam proses belajar mengajar
6. Untuk
mengetahui persiapan guru masa depan pendidikan Indonesia
7. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan di Indonesia
8. Untuk
mengetahui pembaharuan/inovasi yang harus dilaksanakan untuk meningkatan pendidikan
9. Untuk
mengetahui paradigma peran pendidik
10.
Untuk mengetahui kebijakan pemerintah
dalam meningkatkan mutu pendidikan?
1.5
MANFAAT
PEMBAHASAN
Untuk
mengetahui kebijakan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di masa yang
akan datang.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Pendidikan
Menurut
prawidillaga (2007:330) pendidikan adalah kegiatan manusia yang dilaksanakan
untuk membantu sesama manusia agar mau dan mampu meraih harkat dan martabatnya
sebagai manusia. Menurut UUD No. 20 tahun 2003 dalam Hasbullah (1999: 4)
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya. Maka dapat disimpulkan dari pendapat ahli diatas bahwa pendidikan
merupakan usaha sadar manusia untuk mewujudkan proses pembelajaran agar peserta
didikan dapat mengembangkan potensi dirinya untuk dapat meraih harkat dan
martabatnya sebagai manusia.
2.2
Persoalan Pendidikan di Indonesia
Persoalan
yang kini dihadapi oleh banyak negara, termasuk Indonesia, adalah bagaimana
meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan umumnya dikaitkan dengan
tinggi rendahnya prestasi yang ditunjukkan dengan kemampuan siswa mencapai
skore dalam tes dan kemampuan lulusan mendapatkan dan melaksanakan pekerjaan.
Kualitas pendidikan ini dianggap penting karena sangat menentukan gerak laju
pembangunan di negara manapun juga. Oleh karenanya, hampir semua negara di
dunia menghadapi tantangan untuk melaksanakan pembaharuan pendidikan sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Menurut Tirtaraharja (2005:227) masalah
pokok yang dihadapi dalam dunia pendidikan yaitu :
1. Masalah
pemerataan pendidikan
2. Masalah
mutu pendidikan
3. Masalah
efisiensi pendidikan
4. Masalah
relevansi pendidikan
Ad.
1 masalah pemerataan pendidikan
Masalah
pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk
memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan
sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.
Ad.2
Masalah mutu pendidikan
Mutu
pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti
yang diharapkan. Hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui
proses belajar yang bermutu. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit
diharapkan terjadinya hasil belajar yang bermutu. Jika terjadi belajar yang
tidak optimal menghasilkan skor hasil ujian yang baik maka hampir dapat dipastikan
bahwa hasil belajar tersebut adalah semu. Ini berarti bahwa pokok permasalahan
mutu pendidikan lebih terletak pada masalah pemroresan pendidikan.
Ad.3
Masalah Efisiensi Pendidikan
Beberapa
masalah efisiensi pendidikan yang penting adalah:
1. Bagaimana
tenaga kependidikan difungsikan
2. Bagaimana
prasarana dan sarana pendidikan digunakan
3. Bagaimana
pendidikan diselenggarakan
4. Masalah
efisiensi dalam memfungsikan tenaga.
Ad.4
Masalah relevansi pendidikan
Masalah
relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat menghasilkan
luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Jika sistem pendidikan
menghasilkan luaran yang dapat mengisi semua sektor pembangunan baik yang
aktual maupun yang potensial dengan memenuhi kriteria yang dipersyaratkan oleh
lapangan kerja, maka relevansinya dianggap tinggi.
2.3 Mempersiapkan Kurikulum
Pendidikan Abad XXI
Pendidikan merupakan suatu proses yang
sangat kompleks dan berjangka panjang, di mana berbagai aspek yang tercakup
dalam proses saling erat berkaitan satu sama lain dan bermuara pada terwujudnya
manusia yang memiliki nilai hidup, pengetahuan hidup dan keterampilan hidup.
Prosesnya bersifat kompleks dikarenakan interaksi di antara berbagai aspek
tersebut, seperti guru, bahan ajar, fasilitas, kondisi siswa, kondisi
lingkungan, metode mengajar yang digunakan, tidak selamanya memiliki sifat dan
bentuk yang konsisten yang dapat dikendalikan. Hal ini mengakibatkan penjelasan
terhadap fenomena pendidikan bisa berbeda-beda baik karena waktu, tempat maupun
subjek yang terlibat dalam proses. Dalam proses pendidikan tersebut diatas,
kurikulum menempati posisi yang menentukan. lbarat tubuh, kurikulum merupakan
jantungnya pendidikan. Kurikulum merupakan seperangkat rancangan nilai,
pengetahuan, dan keterampilan yang harus ditransfer kepada peserta didik dan
bagaimana proses transfer tersebut harus dilaksanakan.
Disebut berdimensi jangka
panjang karena proses-pendidikan adalah mempersiapkan manusia untuk dapat hidup
layak di masa depan, suatu masa yang tidak mesti sama bahkan cenderung berbeda
dengan masa kini. Berkaitan dengan kurikulum, dimensi jangka panjang ini
memberikan pemahaman bahwa suatu kurikulum harus merupakan jembatan bagi
peserta didik untuk dapat mengantarkan dari kehidupan masa kini ke kehidupan
masa depan. Peserta didik yang berada di
bangku sekolah dewasa ini dipersiapkan untuk dapat hidup secara layak dan
bermanfaat baik bagi diri, keluarga dan masyarakatnya pada abad XXI.
PERBEDAAN PROSES PEMBELAJARAN
MODEL LAMA DAN MODEL BARU
No
|
Aspek
|
Pemahaman
Sistem Kerja Otak dan Struktur Kerja Lama
|
Pemahaman
Sistem Kerja Otak dan Struktur Kerja Baru
|
1.
|
Penyajian
Materi
|
Tersusun
dalam pokok bahasan dan sub pokok bahasan
|
Tersusun
dalam problem, tema dan terintegrasi
|
2.
|
Outcome |
Aspek
kognitif sangat menonjol, aspek afektif lemah
|
|
3.
|
Guru
|
Individual
|
Team Teaching |
4.
|
Prosedur
|
Relatif
rigid
|
Relatif
fleksibel
|
5.
|
Sasaran
|
Pemahaman
konsep
|
Pemahaman
konsep, hubungan dan keterkaitan
|
6.
|
Pinsip-model
Learning
|
Individual learning |
Cooperative learning |
7.
|
Sasaran
evaluasi
|
Individu
|
Individu
dan kelompok
|
8.
|
Pola
belajar
|
Potongan
demi potongan menjadi gambar
|
Kerangka
untuk ditempel gambar
|
2.4. Globalisasi
dan Tuntutan Peningkatan Kualitas Guru
Globalisasi
merupakan suatu keniscayaan bagi semua bangsa. http://jurnalnasional.com/?med=Koran%20Harian&sec=Opini&rbrk=&id=6163...Bangsa Indonesia sudah mulai merasakan bagaimana manis dan
pahitnya terbawa arus globalisasi. Globalisasi akan membawa perubahan yang
mencakup hampir semua aspek kehidupan, termasuk bidang teknologi, ekonomi dan
sosial politik.
A. Kecenderungan
perkembangan teknologi
Perkembangan
teknologi pada akhir abad XX ini berlangsung sangat cepat, terutama bertumpu
pada tiga bidang: bio-teknologi, material science atau teknologi
bahan dan teknologi Elektronika dan Komputer. Perkembangan bio-teknologi telah
mempengaruhi berbagai jenis produk, seperti bidang kesehatan dan obat-obatan
dan bahan makan. Temuan-temuan bio-teknologi akan menghasilkan berbagai produk
sinthesis. Di bidang ilmu bahan, telah memungkinkan diciptakannya berbagai
bahan konstruksi yang tidak perlu merusak lingkungan, karena bukan barang
tambang. Temuan yang akan memiliki dampak tidak kalah pentingnya adalah di
bidang elektronika. Temuan di bidang ini melahirkan berbagai produk teknologi
komunikasi, robot, dan laser.
Kemajuan di
bidang teknologi komunikasi memungkinkan transaksi business lewat kaca
komputer, sedangkan pengembangan robot memungkinkan lahirnya tenaga kerja robot
untuk dunia industri. Kecermatan dan disiplin kerja robot sudah barang tentu
akan melebihi kemampuan tenaga kerja manusia. Perkembangan bidang komputer
telah memungkinkan dimanfaatkan dalam berbagai produk, seperti pilot
automatics pada pesawat terbang, menjadikan rancang bangun produk semakin
cepat dan cermat, memudahkan pelayanan jasa transportasi dan perbankan.
Temuan-temuan
bidang teknologi akan terus berkembang karena adanya sifat saling mengkait
antara temuan satu dengan temuan yang lain. Temuan di bidang bio-teknologi
dikombinasikan dengan bidang material science akan mampu menghasilkan
"bahan yang canggih". Bahan ini dikembangkan pada level "moleculer".
Hasilnya, produk bahan baru ini akan
lebih ringan, lebih kecil, lebih kuat dan lebih fleksibel, sehingga dapat
digunakan sebagaimana yang diinginkan. Tanpa diketemukan produk sumber energi,
pekembangan produk elekttronika akan terhambat. Sebaliknya, ternuan produk
sumber energi yang lebih padat dan lebih tinggi kekuatannya, maka perkembangan
produksi elektronika akan semakin meningkat. Temuan chip komputer akan
memungkinkan seseorang membawa komputer dalam saku bajunya. Komputer tersebut
sangat interaktif dan wireless. Multi fungsi terdapat dalam komputer,
sebagai alat telepon, fax dan penyimpan data. Di samping itu, perkembangan
industri komputer akan melahirkan "Edutainment", yakni
pendidikan yang menjadi hiburan dan hiburan yang merupakan pendidikan. Dengan "Edutainment"
proses pendidikan akan semakin menarik dan menghasilkan lulusan yang semakin
berkualitas.
B. Kecenderungan perkembangan bidang
ekonomi.
Keberhasilan revolusi di bidang
pertanian pada akhir abad XX telah mengurangi ketergantungan bangsa-bangsa Asia
akan bahan makan dari luar negeri dan bahkan pada awal abad XXI ketergantungan
tersebut akan dapat dihilangkan sama sekali.
Seiring dengan proses revolusi hijau,
bangsa-bangsa di Asia, khususnya Asia Timur dan Asia Tenggara telah memulai
proses industrialisasi. Di penghujung abad XX dan memasuki abad XXI,
bangsa-bangsa di Asia sedang mempercepat revolusi industri dalam jangka waktu
50 tahun yang di negaranegara Barat revolusi ini berlangsung selama 200 tahun.
Pada awal abad XXI enam dari sepuluh besar negara-negara dengan GDP tertinggi
akan diduduki oleh negara-negara di Asia: China, Jepang, India, Indonesia,
Korea Selatan, dan Thailand.
Perkembangan bidang bio-teknologi akan berdampak pada
bidang ekonomi. Kemajuan teknologi akan meningkatkan kemampuan produktivitas
dunia industri baik dari aspek teknologi industri maupun pada aspek jenis
produksi. Investasi dan reinvestasi yang berlangsung secara besar-besaran yang
akan semakin meningkatkan produktivitas dunia ekonomi. Di masa depan, dampak
perkembangan teknologi di dunia industri akan semakin penting.
C. Kecenderungan perkembangan bidang
sosial politik
Kemajuan di
bidang teknologi yang diiringi dengan kemajuan di bidang ekonomi memiliki
dampak sosio-politik dan kultural masyarakat. Kemajuan teknologi di bidang
kedokteran dan kemajauan ekonomi mampu menjadikan produk kedokteran menjadi
komoditi, dan akan menyebabkan perubahan besar di bidang demografi.
Angkatan kerja muda di Indonesia dan
di negara-negara Asia pada urnumnya mendominasi bagian penduduk. Mereka
menguasai pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu mengoperasikan teknologi
yang modern. Hal ini merupakan hasil dari keberhasilan di bidang pendidikan
yang dapat memberikan kesempatan penduduk usia sekolah untuk mengikuti
pendidikan formal. Angka partisipasi pendidikan di kawasan Asia sangat tinggi.
Stabilitas politik telah dinikmati
oleh sebagian besar negara-negara Asia, khususnya di Asia Timur dan Tenggara,
dan lebih khusus lagi di Indonesia. Sistem pemerintahan di negara-negara sering
disebut "soft authoritarian", di mana hak-hak asasi,
perumahan, makan, kesehatan, pendidikan, kesempatan kerja dan jaminan
keselamatan dapat dipenuhi, tetapi kebebasan politik dibatasi.
D. Kecenderungan
perkembangan bidang kultural
Secara umum,
abad XXI akan ditandai dengan munculnya kekuatan ras dan budaya baru.
Bangsa-bangsa Asia tidak lagi sebagai warga yang harus taat pada hukum
internasional Barat yang didominasi oleh tradisi Judeo-Christian, tetapi mereka
juga menuntut untuk ikut menyusun hukum itu, yang dijiwai oleh Hindu, Budha,
confusianisme dan Islam. Kedua tradisi tersebut, Barat dan Asia, di samping
persamaan juga memiliki perbedaan yang tajam. Tradisi Barat lebih bersifat
logis dan analitis, sedangkan tradisi Asia lebih bersifat intuitif dan
seringkali emosional. Tradisi Barat menekankan hak-hak, sedangkan tradisi Asia
lebih menekankan kewajiban. Tradisi Barat lebih menekankan pada individu, di
Asia menekankan masyarakat. Di Barat keputusan diambil dengan voting, di Asia
dengan musyawarah.
Di dunia pendidikan,
globalisasi akan mendatangkan kemajuan yang sangat cepat, yakni munculnya media
massa, khususnya media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat pendidikan.
Dampak dari hal ini adalah guru bukannya satu-satunya sumber ilmu pengetahuan.
Hasilnya, para siswa bisa menguasai pengetahuan yang belum dikuasai oleh guru.
Oleh karena itu, tidak mengherankan pada era globalisasi ini, wibawa guru
khususnya dan orang tua pada umumnya di mata siswa merosot.
2.5. Meningkatkan
Kualitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar
2.5.1. Tantangan dunia pendidikan
Proses
globalisasi merupakan keharusan sejarah yang tidak mungkin dihindari, dengan
segala berkah dan mudhoratnya. Bangsa dan negara akan dapat memasuki era
globalisasi dengan tegar apabila memiliki pendidikan yang berkualitas. Kualitas
pendidikan, terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar yang berlangsung
di ruang-ruang kelas. Dalam proses belajar mengajar tersebut guru memegang
peran yang penting. Guru adalah kreator proses belajar mengajar. la adalah
orang yang akan mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang
menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam batas-batas
norma-norma yang ditegakkan secara konsisten.
Tugas utama
guru adalah mengembangkan potensi siswa secara maksimal lewat penyajian mata
pelajaran. Setiap mata pelajaran, dibalik materi yang dapat disajikan secara
jelas, memiliki nilai dan karakteristik
tertentu yang mendasari materi itu sendiri. Oleh karena itu, pada hakekatnya
setiap guru dalam menyampaikan suatu mata pelajaran harus menyadari sepenuhnya
bahwa seiring menyampaikan materi pelajaran, ia harus pula mengembangkan watak
dan sifat yang mendasari dalam mata pelajaran itu sendiri.
Materi
pelajaran dan aplikasi nilai-nilai terkandung dalam mata pelajaran tersebut
senantiasa berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Agar guru
senantiasa dapat menyesuaikan dan mengarahkan perkembangan, maka guru harus
memperbaharui dan meningkatkan ilmu pengetahuan yang dipelajari secara terus
menerus. Dengan kata lain, diperlukan adanya pembinaan yang sistematis dan
terencana bagi para guru.
2.5.2 Karakteristik kerja guru
1. Pekerjaan guru
adalah pekerjaan yang bersifat individualistis non colaboratif.
2. Pekerjaan guru
adalah pekerjaan yang dilakukan dalam ruang yang terisolir dan menyerap seluruh
waktu.
3. Pekerjaan guru
adalah pekerjaan yang kemungkinan terjadinya kontak akademis antar guru rendah.
4. Pekerjaan guru
tidak pernah mendapatkan umpan balik.
5. Pekerjaan guru
memerlukan waktu untuk mendukung waktu kerja di ruang kelas.
Karakteristik pertama, pekerjaan guru
bersifat individualistis non colaboratif, memiliki arti bahwa guru dalam
melaksanakan tugas-tugas pengajarannya memiliki tanggung jawab secara
individual, tidak mungkin dikaitkan dengan tanggung jawab orang lain. Pekerjaan
guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dari waktu ke waktu dihadapkan
pada pengambilan keputusan dan melakukan tindakan. Dalam pengambilan keputusan
dan tindakan itu harus dilaksanakan oleh guru secara mandiri. Sebagai contoh,
di tengah proses belajar mengajar berlangsung terdapat siswa yang tertidur
sehingga siswa yang lain berisik. Guru harus mengambil keputusan dan menentukan
tindakan saat itu, dan tidak mungkin meminta pertimbangan teman guru yang lain.
Oleh karena itulah, wawasan dan kecermatan sangat penting bagi seorang guru.
Karakteristik kedua,
pekerjaan guru adalah pekerjaan yang dilakukan dalam ruang yang
terisolir dan menyerap seluruh waktu. Hal ini sudah diketahui bersama, bahwa
hampir seluruh waktu guru dihabiskan di ruang-ruang kelas bersama para siswanya.
Implikasi dari hal ini adalah bahwa keberhasilan kerja guru tidak hanya
ditentukan oleh kemampuan akademik, tetapi juga oleh motivasi dan dedikasi guru
untuk terus dapat hidup dan menghidupkan suasana kelas.
Karakteristik ketiga, pekerjaan guru adalah
pekerjaan yang kemungkinan terjadinya kontak akademis antar guru rendah. Bisa
dicermati, setiap hari berapa lama guru bisa berinteraksi dengan sejawat guru.
Dalam interaksi ini apa yang paling banyak dibicarakan. Banyak bukti
menunjukkan bahwa interaksi akademik antar guru sangat rendah. Kalau dokfer
ketemu dokter yang paling banyak dibicarakan adalah tentang penyakit, penemuan
teknik baru dalam pengobatan. Kalau insinyur ketemu insinyur, yang dibicarakan
adalah adanya teknik baru dalam membangun jembatan, penemuan untuk meningkatkan
daya bangunan air, dan sebagainya. Tetapi apabila guru ketemu guru, apa yang
dibicarakan? Rendahnya kontak akademik guru ini di samping dikarenakan soal
waktu guru yang habis diserap di ruang-ruang kelas, kemungkinan juga karena
kejenuhan guru berinteraksi akademik dengan para siswanya.
Karakteristik keempat, pekerjaan
guru tidak pernah mendapatkan umpan balik. Umpan balik adalah informasi baik
berupa komentar ataupun kritik atas apa yang telah dilakukan dalam melaksanakan
proses belajar mengajar, yang diterima oleh guru. Berdasarkan umpan balik
inilah guru akan dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar
mengajarnya.
Karakteristik
kelima, pekerjaan guru memerlukan waktu untuk mendukung waktu kerja di ruang
kelas. Waktu kerja guru tidak terbatas hanya di ruang-ruang kelas saja. Dalam
banyak hal, justru waktu guru untuk mempersiapkan proses belajar mengajar di
ruang kelas lebih lama.
2.6. Mempersiapkan
Guru untuk Masa Depan
Banyak upaya dan kegiatan untuk
meningkatkan mutu guru, hasil-hasil evaluasi tahap akhir siswa menunjukkan
bahwa nilai mereka belum mengalami kenaikan yang berarti. Kalau kita
menggunakan pola pikir linier:
Penataran Guru ---» Mutu Guru Meningkat ---» Kualitas
Kerja Guru Meningkat ---» Mutu Siswa Meningkat
Dapat
disimpulkan bahwa penataran yang telah dilaksanakan telah berhasil meningkatkan
mutu guru, tetapi belum berhasil meningkatkan mutu kerja guru, sehingga mutu
siswa belum meningkat. Barangkali dilihat dari semboyan PKG: Dari Guru-Oleh
Guru-Untuk Guru, tujuan PKG sudah dicapai. Mungkin semboyannya perlu diubah,
menjadi: Dari Guru, Oleh Guru, Untuk Guru dan Siswa.
Dua model
peningkatan mutu yang perlu dipertimbangkan adalah a) memperkuat hidden curriculum
dan b) mengembangkan teknik refleksi diri (seff-reffection).
A. Hidden
curriculum
Hidden curriculum
adalah proses penanaman nilai-nilai dan sifat-sifat pada diri siswa. Proses ini
dilaksanakan lewat perilaku guru selama melaksanakan proses belajar mengajar.
Untuk menanamkan sikap disiplin, guru harus memberikan contoh bagaimana
perilaku mengajar yang disiplin. Misalnya, memulai dan mengakhiri pelajaran
tepat pada waktunya. Kalau guru bertujuan menanamkan kerja keras pada diri
siswa, maka guru memberikan tugas-tugas yang memadai bagi siswa dan segera
diperiksa dan dikembalikan kepada siswa dengan umpan balik. Pengembalian
tugas-tugas siswa tanpa ada umpan balik pada kertas pekerjaan secara langsung
akan menanamkan sifat tidak usah kerja keras. Karena siswa beranggapan kerja
mereka tidak dibaca guru.
Kegiatan
pembinaan yang diperlukan adalah:
1. Mengkaji secara
lebih mendalam makna hidden
curriculum.
2. Secara sadar
merancang pelaksanaan hidden curriculum.
3. Mengidentifikasi
momen untuk melaksanakan hidden curriculum.
B. Self-reflection
Self-reflection adalah suatu kegiatan untuk mengevaluasi
proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan untuk mendapatkan umpan balik
dari apa yang telah dilakukan. Umpan balik tersebut antara lain berupa: a)
pemahaman siswa tentang apa yang telah disampaikan, b) perilaku guru yang tidak
efisien dan tidak efektif, c) perilaku guru yang efisien dan efektif, d)
perilaku yang perlu diperbaiki, e) perilaku yang diinginkan oleh siswa dan, f)
perilaku yang seharusnya dikerjakan. Berdasarkan self-reflection inilah guru
akan memperbaiki perilaku dalam proses belajar mengajar.
Ada dua cara
bagi guru untuk melakukan self-reflection, yakni: a) guru menampung pendapat
siswa pada setiap akhir kuartal dan, b) guru malaksanakan action research. Cara
yang pertama dilakukan lewat cara guru mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang
mengungkap bagaimana perilaku selama mengajar, dan memberikan
pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk dijawab oleh siswa.
Action research, sebagai cara kedua, merupakan
kegiatan meneliti sambil mengajar atau mengajar yang diteliti. Siapa yang
mengajar dan siapa yang meneliti? Guru sendiri yang melakukan keduanya dalam
waktu yang sama.
2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan
pendidikan di Indonesia
Menurut
Tirtarahardja (2005:241) faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah
pendidikan yaitu :
- Perkembangan
Iptek dan Seni
- Laju
pertumbuhan penduduk
- Aspirasi
masyarakat
- Keterbelakangan
budaya dan sarana kehidupan.
2.8 Pembaharuan
Pendidikan di Indonesia
Menurut
Hasbullah (1999: 191) Masalah-masalah yang menuntut diadakannya inovasi
pendidikan di Indonesia, diantaranya adalah sebagai berikut :
ü
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Adanya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi tidak bisa dipungkiri mengakibatkan kemajuan teknologi yang
mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan
bangsa Indonesia. Diakui bahwa sistem pendidikan yang kita miliki dan
laksanakan selama ini masih belum mampu mengikuti dan mengendalikan
kemajuan-kemajuan tersebut. Sehingga dunia pendidikan belum mampu dapat
menghasilkan tenaga-tenaga pembangunan yang terampil, kreatif dan aktif yang
sesuai dengan tuntunan dan keinginan masyarakat luas.
ü
Pertambahan penduduk
Laju eksplosi penduduk yang cukup pesat
tentunya menuntut adanya perubahan, sekaligus bertambahnya keinginan masyarakat
untuk mendapatkan pendidikan secara komulatif menuntut tersedia sarana
pendidikan yang memadai.
ü
Meningkatnya Animo masyarakat untuk
memperoleh pendidikan yang lebih baik
Munculnya gerakan inovasi pendidikan
yang berkaitan erat dengan adanya berbagai tantangan dan persoalan yang
dihadapi oleh dunia pendidikan dewasa ini, yang salah satu penyebabnya adalah
kemajuan iptek.
ü
Menurunnya kualitas pendidikan
Kualitas pendidikan yang dirasakan
makin menurun, yang belum mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, menuntut adanya sejumlah perubahan.
ü
Kurang adanya relevansi antara
pendidikan dan kebutuhan masyarakat yang seang membangun
Dalam era modern sekarang, masyarakat
menuntut adanya lembaga pendidikan yang benar-benar mampu diharapkan, terutama
yang siap pakai dengan dibekali skill yang diperlukan dalam pembangunan.
ü
Belum mekarnya alat organisasi yang
efektif serta belum tumbuhnya suasana yang subur dalam masyarakat untuk
mengadakan perubahan-perubahan yang dituntut oleh keadaan sekarang dan yang
akan datang
2.9 Mengubah
paradigma peran pendidik
Pendidikan
merupakan suatu rekayasa untuk mengendalikan learning guna mencapai
tujuan yang direncanakan secara efektif dan efisien. Dalam proses rekayasa ini
peranan "teaching" amat penting, karena merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh guru untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan dan nilai
kepada siswa sehingga apa yang ditransfer memiliki makna bagi diri sendiri, dan
berguna tidak saja bagi dirinya tetapi juga bagi masyarakatnya.
Mengajar hanya
dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh seseorang yang telah melewati
pendidikan tertentu yang memang dirancang untuk mempersiapkan guru. Dengan kata
lain, mengajar merupakan suatu profesi. Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan masyarakat, muncul dua kecenderungan: Pertama, proses mengajar
menjadi sesuatu kegiatan yang semakin bervariasi, kompleks, dan rumit. Kedua,
ada kecenderungan pemegang otoritas structural, ingin memaksakan kepada guru
untuk mempergunakan suatu cara mengajar yang kompleks dan sulit.
2.9.1 Profesi mengaiar
Pekerjaan
profesional dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori: Hard profession
dan Soft Profession. Suatu pekerjaan dapat dikategorikan sebagai
hard profession apabila pekerjaan tersebut dapat didetailkan dalam perilaku dan
langkah-langkah yang jelas dan relatif pasti. Pendidikan yang diperlukan bagi
profesi ini adalah menghasilkan output pendidikan yang dapat
distandarisasikan. Artinya, kualifikasi lulusan jelas dan seragam di manapun
pendidikan itu berlangsung. Dengan kualifikasi ini seseorang sudah mampu dan
akan terus mampu melaksanakan tugas profesinya secara mandiri meskipun tanpa
pendidikan lagi. Pekerjaan dokter dan pilot merupakan contoh yang tepat untuk
mewakili kategori hard profession. Sebaliknya, kategori soft
profession adalah diperlukannya kadar seni dalam melaksanakan pekerjaan
tersebut.
Mengajar
merupakan suatu seni untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan dan
nilai-nilai yang diarahkan oleh nilai-nilai pendidikan, kebutuhan-kebutuhan
individu siswa, kondisi lingkungan, dan keyakinan yang dimiliki oleh guru.
Dalam proses belajar mengajar, guru adalah orang yang akan mengembangkan suasana
bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik, mengekspresikan ide-ide dan
kreativitasnya dalam batas norma-norma yang ditegakkan secara konsisten.
Sekaligus guru akan berperan sebagai model bagi para siswa. Kebesaran jiwa,
wawasan dan pengetahuan guru atas perkembangan masyarakatnya akan mengantarkan
para siswa untuk dapat berpikir melewati batasbatas kekinian, berpikir untuk
menciptakan masa depan yang lebih baik. Agar transfer tersebut dapat
berlangsung dengan lancar, maka guru paling tidak harus senantiasa melakukan
tiga hal: a) menggerakkan, membangkitkan dan menggabungkan seluruh kemampuan
yang dimiliki siswa; b) menjadikan apa yang ditransfer menjadi sesuatu yang
menantang diri siswa, sehingga muncul intrinsic-motivation untuk
mempelajarinya; dan, c) mengkaji secara mendalam materi yang ditransfer
sehingga menimbulkan keterkaitan dengan pengetahuan yang lain.
Profesi guru
adalah lebih cocok dikategorikan sebagai Soft Profession. Karena
dalam mengajar guru dapat melaksanakan dengan berbagai cara yang tidak harus
mengikuti suatu prosedur baku, dan aspek dan "sense" dan "art"
memegang peran yang amat penting. Misalnya, mungkin saja seorang guru mengajar
dengan menyajikan kesimpulan pada awal pelajaran yang kemudian baru
dilaksanakan pembahasan. Pada kesempatan lain, ia mengajar dengan menyampaikan
bahasan dulu baru menarik kesimpulan. Namun, dewasa ini pekerjaan mengajar
diperlakukan sebagai hard profession, sehingga mengajar menjadi
suatu proses yang sedemikian kompleks.
2.9.2 Dimensi mengajar
Proses transfer pengetahuan atau
sering dikenal dengan istilah Proses Belajar Mengajar (PBM) memiliki dua
dimensi. Pertama adalah aspek kegiatan siswa: Apakah kegiatan yang dilakukan
siswa bersifat individual atau bersifat kelompok. Kedua, aspek orientasi guru
atas kegiatan siswa: Apakah difokuskan pada individu atau kelompok. Berdasarkan
dua dimensi yang masing-masing memiliki dua kutub tersebut terdapat empat model
pelaksanaan PBM.
Pertama, apa
yang disebut Self-Study. Yakni, kegiatan siswa dilaksanakan secara individual
dan orientasi guru dalam mengajar juga bersifat individu. Model pertama ini
memusatkan perhatian pada diri siswa. Agar siswa dapat memusatkan perhatian
perlu diarahkan oleh dirinya sendiri dan bantuan dari luar, yakni guru. Siswa harus dapat
mengintegrasikan pengetahuan yang baru diterima ke dalam pengetahuan yang telah
dimiliki. Untuk pelaksanaan model Self-Study ini perlu didukung dengan
peralatan teknologi, seperti komputer. Keberhasilan model ini ditentukan
terutama oleh kesadaran dan tanggung jawab pada diri sendiri.
Kedua, apa yang
dikenal dengan istilah cara mengajar tradisional. Model ini memiliki aktivitas
siswa bersifat individual dan orientasi guru mengarah pada kelompok. Pada model
ini kegiatan utama siswa adalah mendengar dan mencatat apa yang diceramahkan
guru. Seberapa jauh siswa dapat mendengar apa yang diceramahkan guru tergantung
pada ritme guru membawakan ceramah itu sendiri. Siswa akan dapat
mengintegrasikan apa yang didengar ke dalam pengetahuan yang telah dimiliki apabila
siswa dapat mengkaitkan pengetahuan dengan apa yang diingat. Model ini sangat
sederhana, tidak memerlukan dukungan teknologi, cukup papan tulis dan kapur.
Keberhasilan model ini banyak ditentukan oleh otoritas guru.
Ketiga, apa
yang disebut model Persaingan. Model ini memiliki aktivitas yang bersifat
kelompok, tetapi orientasi guru bersifat individu. Model ini menekankan
partisipasi siswa dalam kegiatan PBM, semua siswa harus aktif dalam kegiatan
kelompok tersebut. Seberapa jauh siswa dapat berpartisipasi dalam kegiatan akan
ditentukan oteh seberapa jauh kegiatan memiliki kebebasan dan dapat
membangkitkan semangat kompetisi. Pengetahuan yang diperoleh dan dapat dihayati
merupakan hasil diskusi dengan temannya. Model ini memerlukan teknologi baik
berupa alat ataupun berupa manajemen seperti bentuk konferensi dan seminar.
Keberhasilan model ini terutama ditentukan oleh adanya saling hormat dan saling
mempercayai di antara siswa. CBSA, merupakan salah satu contohnya.
Keempat, apa
yang dikenal dengan istilah Model Cooperative-Collaborcitive.
Model ini memiliki aktivitas siswa yang bersifat kelompok dan orientasi guru
juga bersifat kelompok. Model ini menekankan kerjasama di antara para siswa,
khususnya. Kegiatan siswa di arahkan untuk mencapai tujuan bersama yang telah
merupakan konsensus di antara mereka. Konsensus ini didasarkan pada nilai-nilai
yang dihayati bersama. Oleh karena itu, dalam kelompok akan senantiasa
dikembangkan pengambilan keputusan. Kebersamaan dan kerjasama dalam
pembelajaran merupakan kerjasama di antara para siswa untuk mencapai tujuan
belajar bersama.
Keempat model
tersebut tidak ada yang lebih baik satu atas yang lain. Sebab modal mengajar
yang baik adalah model mengajar yang cocok dengan karakteristik materi, kondisi
siswa, kondisi lingkungan dan kondisi fasilitas. Di samping itu pula, di antara
keempat model tersebut tidaklah bersifat saling meniadakan. Artinya, sangat
mungkin dalam mengajar memadukan berbagai model tersebut di atas.
Keempat model
tersebut pada intinya menekankan bahwa dalam proses belajar mengajar apa yang
dilaksanakan memiliki empat aspek, yakni: a) menyampaikan informasi, b)
memotivasi siswa, c) mengkontrol kelas, dan, d) merubah social arrangement.
2.9.3 Kemampuan yang dibutuhkan
Agar dapat
melaksanakan empat langkah tersebut di atas, guru hanya memerlukan tiga
kemampuan dasar, yakni a) didaktik, yakni kemampuan untuk menyampaikan sesuatu
secara oral atau ceramah, yang dibantu dengan buku teks, demontrasi, tes, dan
alat bantu tradisional lain; b) coaching, di mana guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berlatih dan mempraktikan keterampilannya,
mengamati sejauh mana siswa mampu mempraktekkan keterampilan tersebut, serta
segera memberikan umpan balik atas apa yang dilakukan siswa; dan, c) socratic
atau mauitic question, di mana guru menggunakan pertanyaan
pengarah untuk membantu siswa mengembangkan pandangan dan internalisasi
terhadap materi yang dipelajari. Sudah saatnya posisi mengajar diletakan
kembali pada profesi yang tepat, yakni sebagai soft profession,
di mana unsur art dan sense memegang peran yang amat penting. Oleh karena itu,
untuk pembinaan dan pengembangan profesional kemampuan guru yang diperlukan
bukannya instruksi, juklak dan juknis serta berbagai pedoman lain, yang cenderung akan mematikan kreativitas guru.
Melainkan, memperbaiki dan meningkatkan tiga kemampuan dasar yang harus
dimiliki guru sebagaimana tersebut di atas, serta memberikan kebebasan kepada
guru untuk berinovasi dalam melaksanaakan proses belajar mengajar.
2.10
Kebijakan Pemerintah Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan
Dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah, pemerintah menyadari bahwa kualitas
pendidikan di Indonesia masih sangat rendah. Sebagaimana disebutkan sebelumnya,
hasil survey Trends in International
Mathematic and Science Study (TIMSS)
memperlihatkan bahwa nilai murid di Indonesia secara umum lebih rendah dari
standar rata-rata. Menurut pemerintah kualitas pendidikan ini terutama
disebabkan oleh (1) ketersediaan pendidik yang belum memadai baik kualitas
maupun kuantitas, (2) kesejahteraan pendidik masih rendah, (3) fasilitas
belajar belum tersedia secara mencukupi, (4) biaya operasional pendidikan belum
disediakan secara memadai.
Hasil survey Depdiknas tahun 2004
menggambarkan rendahnya tenaga pendidik ini. Survei menunjukkan bahwa belum
semua tenaga pendidik SD/MI berpendidikan D-2 ke atas (baru mencapai 61,4%).
Demikian juga guru SMP/MTs masih banyak yang berpendidikan dibawah D-3. Guru
SMP/MTs yang mengenyam pendidikan D-3 ke atas barulah mencapai 75,1%. Dengan
kualitas pendidikan formal guru yang belum memadai tentu saja tak mungkin
diharapkan mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Persoalan rendahnya kesejahteraan
pendidik juga merupakanpersoalan tersendiri. Alasan ini tak jarang menyebabkan
pendidik terpaksa mencari tambahan pendapatan lain. Sehingga terjadi kasus
sekolah atau pendidik menjadi agen penjualan buku-buku wajib untuk siswa.
Kejadian ini memungkinkan terjadinya buku wajib yang berganti setiap tahunnya,
yang memberatkan beban orang tua murid.
Ditengah upaya meningkatkan kualitas
pendidikan ini, pemerintah menghadapi kendala yang serius yaitu keterbatasan
dana. Dengan latar belakang demikian sejumlah kebijakan yang diambil oleh
pemerintah SBY-Kalla sebagaimana diuraikan di bawah ini :
a. Perpanjangan masa pakai buku pelajaran sekolah. Setiap kali
kenaikan kelas, orang tua murid selalu gundah mencari tambahan biaya untuk
membeli buku paket pelajaran baru dari sekolah. Ditengah-tengah keresahan orang
tua tersebut, Menkokesra melontarkan gagasan pemberlakuan buku pelajaran
minimal 5 tahun. Gagasan ini muncul merespon ramainya keluhan para orang tua
siswa memiliki kakak yang duduk di kelas lebih tinggi, ia harus membeli buku
pelajaran baru. Menindaklanjuti gagasan Menkokesra ini, akhirnya kebijakan
tentang perbukuan tingkat SD-SMA dimasukkan sebagai target wajib belajar
pendidikan 9 tahun dalam Program 100 Hari SBY. Untuk ini akan diterbitkan
Peraturan Presiden yang mengatur buku pelajaran. Dalam hal buku paket sekolah
ini, sebenarnya ada dua akar persoalan yang membutuhkan penyelesaian berbeda
yaitu (1) mutu buku paket pelajaran, (2) mencegah beban biaya yang terlalu
berat bagi orang tua siswa.
b. Peningkatan mutu pendidikan dengan ujian nasional. Dalam
logika pemerintah, ujian nasional adalah suatu cara yang mesti ditempuh untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan memang telah
dicanangkan sebagai target bagi pemerintah dan tercantum dalam RPJM. Untuk
mengadakan ujian nasional ini pemerintah merencanakan diadakan dua kali, yaitu
pada bulan Mei dan Juni 2005. Berdasarkan kesepakatan antara komisi X dengan
Depdiknas anggaran pelaksanaan sebesar Rp 249 Milyar baru akan terbit setelah
PP Standar Nasional Pendidikan disyahkan. Sebenarnya PP Standar Pendidikan
Nasional ini menuai reaksi keras public karena dituduh dibuat secara
tergesa-gesa dengan maksud menjadi alat pengesah dari kebijakan pemerintah yang
lain yaitu pelaksanaan ujian nasional. Pengadaan ujian nasional yang dilakukan
secara tergesa-gesa ini dikritisi oleh masyarakat karena berbagai alas an di
antaranya (1) ketidaksiapan murid, (2) ujian nasional diskriminatif terhadap
sekolah pinggiran, (3) ujian nasional cenderung memberatkan orang tua siswa,
(4) memakai porsi anggaran pendidikan Depdiknas.
c. Peningkatan profesionalisme guru. Pemerintah SBY-Kalla,
sebagaimana disebutkan dalam RPJM, menyadari bahwa mutu guru merupakan salah
satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satu sebabnya
adalah dalam kebijakan sebelumnya seringkali guru diangkat dengan mekanisme crash program. Guru-guru diangkat
bukandari lulusan pendidikan guru namun hanya melalui training singkat. Pada
tanggal 2 Desember 2005, Mendiknas mencanangkan guru sebagai profesi.
Peningkatan status guru dari pekerja menjadi profesi harus diikuti pendidikan
khusus yang dapat meningkatkan kualitas mereka. Kebijakan peningkatan
profesionalisme guru tak cukup berhenti sampai di sini. Untuk ini pemerintah
SBY-Kalla telah merancang RUU tentang guru. Pemerintah pun telah mempersiapkan
lembaga utama yang mengurusi profesi guru, yakni Direktorat Jendral Peningkatan
Mutu dan Tenaga Kependidikan.
Dari
bahasan di atas maka solusi untuk pemecahan masalah ini adalah sebagai berikut:
1. Diperlukan perubahan paradigma dari pendidikan yang rendah
menuju ke pendidikan yang kompleks.
2. Mengubah paradigm pendidikan formal di Indonesia untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
3. Hendaknya pemerintah mengakomodir pendidikan di luar sekolah
formal yang justru secara mutu terbukti lebih baik seperti sekolah komunitas
dan home schooling.
4. Demi mengejar mutu pendidikan yang lebih baik dan manusiawi
maka kebijakan pragmatis mengelompokkan sekolah menjadi dua jenis yaitu sekolah
mandiri dan sekolah formal atandar. Pembagian dua jalur ini secara serius
mempengaruhi proses pendidikan karena cenderung diskriminatif terhadap kelompok
yang dikatakan sebagai standar.
5. Apabila pemerintah memang menghadapi keterbatasan dana untuk
bidang pendidikan lebih baik secara terbuka membangun system keterlibatan
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan.
6. Pemerintah dapat menentukan pajak apa saja yang dapat secara
langsung dialokasikan ke dana pendidikan demi tercapainya Rencana Peraturan
Pemerintah Wajib Belajar 9 Tahun.
7. Sebaiknya pemerintah memperkuat monitor terhadap
perkembangan buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan untuk menjaga mutu pendidikan. Di sisi lain
pemerintah juga wajib memberikan subsidi bagi penerbitan buku-buku sekolah.
Untuk menghindari praktek pencaloan buku di sekolah pemerintah sebaiknya
menerbitkan buku paket gratis dan mengatur pendistribusiannya ke
sekolah-sekolah.
8. Hendaknya pemerintah dalam hal ini dapat meningkatkan
kesejahteraan guru demi peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan.
9. Kebijakan tentang ujian nasional semestinya dilakukan dengan
hati-hati. Sebelum menetapkan ujian nasional sebaiknya pemerintah membenahi
kualitas pendidikan termasuk untuk daerah terpencil, sebelum menentukan adanya
ujian nasional.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pendidikan merupakan kegiatan manusia
yang dilaksanakan untuk membantu sesama manusia agar mau dan mampu meraih
harkat dan martabatnya sebagai manusia. Dimana persoalan pendidikan di
Indonesia ada beberapa yaitu: masalah pemerataan pendidikan, masalah mutu
pendidikan, masalah efisiensi pendidikan dan masalah relevansi pendidikan.
Globalisasi dan tuntutan peningkatan kualitas guru yaitu : kecenderungan
kemajuan teknologi, kecenderungan perkembangan bidang ekonomi, kecenderungan
bidang sosial politik dan kecenderungan bidang kultural. Meningkatkan kualitas
guru dalam proses belajar mengajar ada dua cara yaitu : yang pertama tantangan
dunia pendidikan dimana proses globalisasi merupakan sejarah yang tidak mungkin
dihindari dengan segala berkah dan mudhoratnya, bangsa dan negara akan dapat
memasuki globalisasi dengan tegar apabila memiliki pendidikan yang berkualitas
dan yang kedua karakteristik kerja guru.
Ada
dua cara untuk mempersiapkan guru masa depan yaitu dengan cara memperkuat
hidden curriculum dan mengembangkan teknik reflesksi diri. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pendidikan di Indonesia ini adalah 1) perkembangan IPTEK dan seni, 2) laju
pertumbuhan penduduk, 3) Aspirasi masyarakat dan 4) keterbelakangan budaya dan
sarana kehidupan. Kemudian pembaharuan/inovasi pendidikan di Indonesia adalah
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pertambahan penduduk, meningkatkan
animo masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik, menurunnya
kualitas pendidikan, kurangnya relevansi antara pendidikan dan kebutuhan
masyarakat senang membangun dan belum mekarnya alat organisasi yang efektif
serta belum tumbuhnya suasana yang subur dalam masyarakat untuk mengadakan
perubahan-perubahan yang dituntut oleh keadaan sekarang dan yang akan datang.
Mengubah
paradigma peran pendidik dimana pendidikan merupakan rekayasa untuk
mengendalikan learning guna mencapai tujuan yang direncanakan secara efektif
dan efisien. Mengajar hanya dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh
seseorang yang telah melewati pendidikan tertentu yang memang dirancang untuk
mempersiapkan guru. Menurut pemerintah kualitas
pendidikan ini terutama disebabkan oleh (1) ketersediaan pendidik yang belum
memadai baik kualitas maupun kuantitas, (2) kesejahteraan pendidik masih
rendah, (3) fasilitas belajar belum tersedia secara mencukupi, (4) biaya operasional
pendidikan belum disediakan secara memadai.
3.2
Saran
Dari penjelasan pada makalah ini
bahwa betapa pentingnya peranan seorang pendidik dalam memajukan pendidikan
untuk anak bangsa oleh sebab itu seorang pendidikan harus benar-benar
melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar. Dengan pendidikanlah seseorang dibekali
dengan berbagai pengetahuan, ketrampilan, keahlian, dan tidak kalah pentingnya
macam-macam tatanan hidup baik yang berupa norma-norma, aturan positif, dan
sebagainya. Dengan kata lain pendidikan menjadikan manusia seutuhnya baik
secara lahiriah maupun batiniah. Bekal yang diperoleh seseorang melalui
pendidikan nantinya akan berguna bagi masa depan orang tersebut, kemanfaatan
bagi masyarakat, bangsa, bahkan untuk seluruh umat manusia di muka bumi ini.
Hendaknya untuk memajukan masa depan pendidikan di Indonesia pemerintah harus
memperhatikan berbagai hal tidak hanya dari sisi pendidiknya saja tetapi para
peserta didik dan faktor-faktor lain yang mendukung terwujudnya sistem
pendidikan yang kita inginkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasbullah, 1999, Dasar-Dasar
Ilmu Pendidikan, Jakarta: Grfindo
Sanjaya Wina, 2008, Kurikulum
dan Pembelajaran, Jakarta : kencana
Tirtarahardja,2005, Pengantar
Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta
www.google.co.id
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus